Terus Melonjak, Kini China Rawat Lebih Dari 1.000 Orang Karena Covid-19
Kompas dunia | 15 Januari 2021, 10:21 WIBBEIJING, KOMPAS.TV – China saat ini merawat lebih dari 1.000 orang untuk Covid-19 karena jumlah kasus terus meningkat di utara negara itu. Komisi Kesehatan Nasional pada hari Jumat mengatakan 1.001 pasien dalam perawatan untuk penyakit tersebut, 26 di antaranya dalam kondisi serius, dan 144 total kasus baru telah dicatat selama 24 jam terakhir.
Seperti dikutip dari the Associated Press, propinsi Hebei yang dekat dengan Beijing menyumbang 90 kasus baru, sementara provinsi Heilongjiang melaporkan 43 kasus baru. Sedangkan sembilan kasus dibawa dari luar negeri, sementara penularan lokal juga terjadi di wilayah selatan Guangxi dan provinsi utara Shaanxi.
Baca Juga: Indonesia Akan Jadi Pusat Produksi Regional Vaksin Covid-19 China
Hal ini menggambarkan kemampuan virus untuk menyebar ke negara yang luas berpenduduk 1,4 miliar itu, meskipun China telah melakukan karantina, pembatasan perjalanan dan pemantauan elektronik.
Meskipun tidak ada laporan kekurangan tempat tidur rumah sakit, Hebei telah mulai membangun pusat karantina baru di luar ibu kota provinsi Shijiazhuang untuk mengantisipasi kebutuhan untuk memantau lebih banyak kasus yang mungkin terjadi.
Secara keseluruhan, China telah melaporkan 87.988 kasus dengan 4.635 kematian. Lonjakan kasus kembali terjadi di China utara terjadi ketika para ahli Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersiap untuk mengumpulkan data tentang asal-usul pandemi.
Tim ahli dari WHO tiba di Kota Wuhan pada Kamis (14/1/2021) tempat virus corona pertama kali terdeteksi pada akhir 2019. Kunjungan tim WHO telah disetujui oleh pemerintah Presiden Xi Jinping setelah terjadi perselisihan diplomatik selama berbulan-bulan.
Baca Juga: Tim Investigasi WHO untuk Menyelidiki Asal-Mula Covid-19 Sudah Tiba di Wuhan
Para peneliti akan dikarantina selama 14 hari dan akan bekerja dengan para ahli Tiongkok melalui konferensi video saat berada di karantina. Para ilmuwan menduga virus yang telah menewaskan lebih dari 1,9 juta orang sejak akhir 2019 itu menular ke manusia dari kelelawar atau hewan lain, kemungkinan besar di barat daya China.
Partai Komunis yang berkuasa, terganggu oleh tuduhan bahwa mereka telah membiarkan penyakit itu menyebar. Partai berkuasa mengatakan virus itu berasal dari luar negeri dan mungkin dari makanan laut impor. Namun para ilmuwan internasional menolak anggapan itu.
Penulis : Tussie-Ayu
Sumber : Kompas TV