Merespon Harga Sayuran Anjlok, Petani di Magelang Cari Agenda Bazar dan Pameran agar Tidak Terbuang
Ekonomi dan bisnis | 30 September 2022, 09:48 WIBMAGELANG, KOMPAS.TV – Selama dua bulan terakhir, harga sayuran di tingkat petani anjlok. Para petani di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah pun urung untuk menjual dan justru menyumbangkan hasil panen sayuran kepada masyarakat.
Ketua Asosiasi Pasar Tani (Aspartan) Gemilang, Kabupaten Magelang, Eko Sungkono mengungkapkan, dengan anjloknya harga sayuran tersebut, pihaknya pun terus berusaha mencari-cari agenda bazar, ekspo, ataupun pameran yang nantinya bisa menjadi kesempatan bagi petani sayur menjual hasil panen.
“Kami berupaya memfasilitasi, mencarikan peluang pasar yang lebih besar sehingga produk pertanian sayuran tetap dapat terserap pasar dan tidak dibiarkan terbuang atau disumbangkan saja,” ujar Eko yang sehari-hari juga bekerja sebagai petani asal Kecamatan Mertoyudan, dikutip dari Kompas.id, Kamis (29/9/2022).
Keluhan tentang turunnya harga sayuran ini, lanjutnya, disampaikan pula oleh sebagian anggota Aspartan yang juga merupakan petani sayuran.
Selain berinisiatif menyumbangkan, sebagian petani justru memilih untuk memotong semua hasil panen, membuang dan justru menjadikan semacam pupuk untuk aktivitas bertani selanjutnya.
“Sekalipun sudah menderita kerugian, di atas lahan, di atas sisa-sisa sayuran yang urung dijual tersebut, petani biasanya juga akan tetap kembali menanam sayuran lagi,” terangnya.
Adapun, Kepala Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Andoko menuturkan, kubis dan tomat yang paling terdampak penurunan harga. Harga kubis yang tiga bulan lalu berkisar Rp 8.500-Rp 9.000 per kg kini anjlok hanya menjadi Rp 500 per kg.
Sedangkan harga tomat yang sebelumnya mencapai Rp 13.000 per kg, kini hanya berkisar Rp 700-Rp 1.000 per kg.
Itu sebabnya, lantaran dianggap tidak memberikan hasil yang menjanjikan, sebagian sayuran akhirnya disumbangkan.
Sumbangan sayur itu tidak hanya dilakukan secara massal oleh kelompok tani ataupun gabungan petani di tingkat dusun, tetapi juga setiap petani secara pribadi.
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV