Cetak Rekor Tertinggi Selama 10 Tahun, Tiongkok, Eropa dan Korea Picu Kenaikan Harga Batu Bara
Kompas bisnis | 21 September 2021, 11:15 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Kenaikan harga batu bara ini tentu membawa angin segar bagi emiten yang bergerak di sektor tambang.
Namun, bagaimana dengan nasib emiten yang menggunakan batu bara sebagai salah satu komponen bahan bakar?
Kompas Bisnis membahasnya bersama Praska Putrantyo, Analis Senior Infovesta Utama.
Harga salah satu komoditas andalan Indonesia, yaitu batu bara, terus membara.
Dalam kurun kurang dari satu tahun, harga batu bara acuan yang ditetapkan oleh Kementerian ESDM, sudah melonjak lebih dari 77 persen.
Kemarin (20/09), harga acuan di ICE Newcastle Australia, bahkan hampir menyundul 180 Dollar Amerika Serikat per ton.
Ini adalah rektor tertinggi selama beberapa tahun terakhir.
Harga ini sudah melesat 122 persen dari harga akhir tahun 2020, di level 79,5 dollar per ton.
Kenaikan permintaan pasar ekspor serta meningkatnya harga gas alam untuk pembangkit listrik dunia, dinilai menjadi penyebab naiknya harga batu bara acuan.
Tiga negara utama yang permintaan batu baranya naik adalah Tiongkok, Korea Selatan dan kawasan Eropa.
Harga batu bara yang dinilai masih kompetitif ketimbang sumber energi lain, masih menjadi faktor pendorong utama rekornya harga batu bara dunia.
Penulis : Dea-Davina
Sumber : Kompas TV