JAKARTA, KOMPAS.TV - Apriyani Rahayu bersama Greysia Polii melengkapi sejarah bulu tangkis Indonesia dengan meraih medali emas nomor ganda putri di Olimpiade Tokyo 2020, Senin (2/8/2021).
Namun, di balik semua pencapaian Apriyani tersebut, ada kerja keras dan dukungan banyak orang.
Ani, panggilan masa kecil Apriyani, menjadi atlet badminton termuda di Olimpiade Tokyo. Ia berumur 23 tahun, terpaut usia 10 tahun dengan pasangannya Greysia Polii yang berumur 33 tahun.
Baik Greysia Polii maupun pelatih ganda putri Eng Hian mengakui semangat dan kerja keras Ani selama ini.
Greysia Polii pernah bertutur, ia melihat semangat itu sejak pertama kali hendak dipasangkan pada 2017.
Baca Juga: Indonesia Jadi Negara Peraih Medali Terbanyak di Asia Tenggara dalam Olimpiade Tokyo 2020
“Jadi pada waktu itu dia bilang, ‘Iya, kak gue mau lakuin apapun supaya bisa jadi juara. Pokoknya apapun itu gue mau jalanin bodo amat yang penting juara’,” tutur Greys menirukan ucapan Ani ketika itu, dilansir dari kanal YouTube Indosportdotcom.
Sebagai senior dengan jam terbang lebih tinggi, ia memaklumi teknik dan fisik Ani yang masih bertumbuh.
Sebab itu, ia sabar mendampingi Ani belajar sambil menutupi seluruh kekurangan Ani saat bermain.
“Secara fisik dan secara teknik pasti Apriyani akan berkembang karena masih muda,” kata Greys.
Hal serupa juga diceritakan pelatih Eng Hian. Ia melihat kesungguhan Ani sejak perempuan kelahiran Konawe, Sulawesi Tenggara itu pertama kali masuk Pelatnas pada 2012.
“Kalau secara teknik, yang mendekati Apri sih ada. Tapi secara mental dan kemauan, belum ada,” kata Eng Hian pada Rabu (22/1/2020), dilansir dari situsweb PB PBSI.
Eng Hian membeberkan, Ani masuk Pelatnas dengan bermodalkan raket dan uang Rp200 ribu. Baru kali itu, Eng Hian melihat atlet datang dengan semangat, walau bermodal pas-pasan.
“Dia bilang dia mau jadi juara, ‘Terserah Koh Didi mau kasih program apa, saya siap’. Itu dibuktikan sama dia,” ujar Eng Hian.
Baca Juga: Sabet Emas Olimpiade Bersama Apriyani Rahayu, Greysia Polii Pecahkan Dua Rekor Baru
Di sisi lain, kerja keras dan semangat Ani pun mendapat dukungan dari banyak orang, terutama dari ayah dan ibunya.
“Pokoknya saya main bulu tangkis. Saya hobi dan suka, ada dukungan dari keluarga, terutama Omande Opande (Mama Papa),” kata Apriyani.
Kedua orang tuanya punya peran berbeda. Ibunya selalu setia menemaninya mengikuti turnamen bulu tangkis.
“Mama kerjanya ibu rumah tangga. Papa kerjanya PNS, tapi petani juga. Pada saat itu, omande tidak mau melepas saya kemana pun pergi. Mau saya ke Makassar, ke Jakarta waktu Porseni, mama saya ikut,” ungkap Apriyani.
“Umur saya berapa, saya masih ngompol. Ternyata mama saya ikut karena itu juga,” imbuhnya sambil tertawa.
Sementara, ayahnya membantu Ani dengan membuatkan raket dengan bahan seadanya.
“Karena saya gak ada raket, saya pakai raket kayu dibuatkan sama opande. Di situ main aja berdua dengan anak cowok itu. Kok-nya juga rusak banget,” ujat Ani.
Baca Juga: Tontowi Ahmad Akui Perlu Banyak Biaya untuk Menjadi Atlet Bulutangkis - BERKAS KOMPAS
Kedua orang tuanya pun terus mendukung Ani, meski banyak orang menyepelekannya.
“Waktu itu sempat dibilang, postur saya pendek. ‘Gak mungkin Apri jadi pemain, orang pendek’,” ungkapnya.
Kerja keras dan semangat Ani pun adalah buah ajaran ibunya yang sudah meninggal. Ibunya tak begitu saja memberi uang jajan, tetapi mengajari Apriyani berjualan sayur saat kecil.
“‘Ani, kau tidak ada uang jajan? Ini kau pergi mi kau jual sayur.’ Jadi, mama saya ngajarinnya gitu,” tutur Ani.
Apriyani pun dengan semangat berjualan sayur dan terong hasil kebun ibunya di belakang rumah.
Ani juga mengenang banyak orang berjasa dalam hidupnya, mulai Pengurus PBSI Konawe Muhammad Akip Ras, wartawan olahraga Yuslan Kisra, hingga legenda bulu tangkis Icuk Sugiarto.
“Saya pas ke Jakarta, saya datang sama pengurus PBSI Konawe, Pak Akip. Dia punya teman di Jakarta namanya Pas Yuslan, yang enggak tau gimana temenan dengan Om Icuk Sugiarto,” ujar Ani soal kedatangannya ke Jakarta pada 2011.
Baca Juga: Sosok Greysia Polii Memegang Tulisan di Video Agnez Mo Kembali Disorot, Impian Jadi Kenyataan
Berkat bujukan dari Muhammad Akip dan Yuslan Kisra, Apriyani dapat berlatih bersama Icuk Sugiarto.
“Sempat mau tidak diterima Om Icuk, tapi Pak Akip meminta untuk bisa diterima. ‘Coba lihat dulu anak ini selama 3 bulan’,” kata Apriyani
“Setelah tiga bulan, ada perkembangan. Pada akhirnya, saya digratiskan latihan,” imbuhnya.
Dengan dukungan banyak orang itu, Apriyani terus bekerja keras hingga akhirnya menyabet emas Olimpiade.
“Mau saya makan nasi sama garam juga saya telan aja,” tegasnya.
Sumber : Kompas TV/Indosportdotcom
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.