JAKARTA, KOMPAS.TV - Jelang peralihan tahun 2024-2025, Indonesia diwarnai dengan bencana hidrometeorologi yang menimbulkan sejumlah kerugian bagi masyarakat.
Dilansir dari situs Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), bencana hidrometeorologi adalah suatu fenomena bencana alam atau proses merusak yang terjadi di atmosfer (meteorologi), air (hidrologi), atau lautan (oseanografi).
Bencana hidrometeorologi dapat menyebabkan hilangnya nyawa, cedera, atau dampak kesehatan lainnya.
Selain itu, kerusakan harta benda, hilangnya mata pencaharian dan layanan, gangguan sosial dan ekonomi, atau kerusakan lingkungan.
Contoh dari bencana hidrometeorologi, di antaranya banjir, longsor, angin kencang, puting beliung, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, curah hujan ekstrem, badai siklon tropis, badai petir, badai es, tornado, serta kualitas udara buruk.
Baca Juga: Bencana Hidrometeorologi Landa 33 Titik di Kabupaten Sukabumi, Satu Warga Meninggal
Di Indonesia, khususnya sejak November sampai Desember 2024, bencana hidrometeorologi sudah banyak terjadi.
Beberapa daerah di Indonesia mengalami banjir, seperti di Jakarta, Semarang, Bandung, dan banyak lagi.
Adapun untuk longsor, di Sumatra telah terjadi longsor di beberapa daerah, seperti Deli Serdang, Karo, Padang Lawas, dan Tapanuli Selatan.
Selain itu, longsor juga terjadi di Cianjur dan Sukabumi, Jawa Barat, yang menimbulkan dampak pada puluhan ribu warga.
Baca Juga: Ancaman Bencana Hidrometeorologis, BMKG Jabar Imbau Warga Cianjur Segera Mengungsi
Seperti dilansir dari Kompas.id, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers BMKG pada (5/12/2024) mengungkapkan, kondisi Indonesia saat ini berbeda dikarenakan sejumlah kondisi yang menyebabkan curah hujan panjang dan tinggi di Indonesia.
Sumber : Kompas TV, BMKG, NOAA, ScienceDirect
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.