JAKARTA, KOMPAS.TV – Psikolog keluarga, Novita Tandry, menyebut banyak faktor yang menyebabkan adanya parricide atau pembunuhan anak terhadap orangtua kandung.
Dalam dialog Kompas Petang di KompasTV, Minggu (1/12/2024), Novita mengatakan, parricide tidak pernah disebabkan oleh faktor tunggal.
Menurutnya, tindakan parricide bukan merupakan fenomena baru, bahkan pembunuhan terhadap orangtua sudah ada sejak zaman Yunani.
“Ini sebenarnya bukan fenomena baru, ini fenomena yang sudah ada sejak zaman Yunani,” jelas Novita menjawab pertanyaan tenyang faktor apa yang membuat seorang remaja melakukan pembunuhan terhadap orangtuanya.
“Jadi, zaman kuno sampai sekarang terjadi. Kalau ditanya, parricide kenapa bisa terjadi, banyak sekali faktornya dan tidak pernah faktornya tunggal.”
Baca Juga: Kata Psikolog Keluarga soal Kasus Remaja Bunuh Ayah dan Nenek di Jaksel
Novita menyebut ada sejumlah kombinasi atau gabungan beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab parricide, termasuk salah satunya adalah gangguan jiwa atau gangguan mental.
“Jadi kalau bicara tentang gangguan jiwa atau gangguan mental, ada yang disebut dengan neurosis, ada yang disebut dengan psikosis.”
“Nah, psikosis ini ada halusinasi di sana, ada delusi di situ, mendengar bisikan-bisikan, itu biasanya berkaitan dengan psikosis,” tambahnya.
Hal lain yang perlu dilihat pada kasus pembunuhan seorang remaja terhadap ayah dan neneknya di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, kata Novita adalah anak ini anak tunggal.
Ia menyebut ada keuntungan dan tantangan tersendiri saat seseorang menjadi anak tunggal, termasuk ekspektasi orangtua terhadap si anak.
“Biasanya menjadi seorang anak tunggal ada ekspektasi, ekspektasi dari orangtua terhadap anak, lalu ada perasaan lonelyness, kesepian, karena biasanya anak tunggal dan tidak ada yang seusia dengan dia,” ungkapnya.
“Anak akan merasa kesepian dan biasanya mengurung di kamar lalu hanya berhubungan dengan gadget.”
Biasanya, lanjut Novita, berdasarkan peristiwa parricide yang terjadi sejak zaman dulu hingga saat ini, ada gabungan faktor. Ia mencontohkan kasus Lyle Menendez di Amerika.
“Kita juga lihat ada kasus yang sedang dibuka kembali, kasus Lyle Menendez yang ada di Amerika. Kita lihat parricide yang dilakukan dua orang anak terhadap kedua orang tuanya yang dilakukan secara sadis, di situ bisa dilihat bahwa ada kekerasan secara seksual, kekerasan secara fisik, dan kekerasan secara verbal dengan ganguan kesehatan mental dan jiwa.”
“Gabungan ini sangat bisa jadi menjadi latar belakang atau motif meski sampai sekarang motifnya masih didalami,” tambahnya.
Sebelumnya Kompas.tv memberitakan, polisi mengungkap pengakuan remaja berusia 14 tahun berinisial MAS, yang tidak bisa tidur sebelum membunuh ayah dan neneknya di daerah Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan.
"Interogasi awalnya dia merasa dia tidak bisa tidur, terus ada hal-hal yang membisiki dia lah, meresahkan dia seperti itu," kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Gogo Galesung dalam keterangannya, Sabtu (30/11).
MAS diduga membunuh ayahnya yang berusia 44 tahun dan neneknya 69 tahun pada Sabtu (30/11) dini hari, di daerah Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan.
Baca Juga: Ahli Psikologi Forensik Reza Indragiri Bicara Soal Kasus Anak Bunuh Ayah-Nenek di Cilandak
"Hari ini ada peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh seseorang yang sementara diduga oleh anak dari korban. Korban ada dua, yang meninggal dunia bapaknya dan neneknya," kata Kapolsek Cilandak Kompol Febriman.
Tak hanya ayah dan nenek, remaja tersebut menusuk ibunya. Meski demikian, sang ibu berhasil selamat dalam kondisi luka berat, dan saat ini masih menjalani perawatan di rumah sakit.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.