JAKARTA, KOMPAS.TV - Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Budiman Sudjatmiko mengaku sedih apabila dicopot dari keanggotaan partai berlambang kepala banteng itu karena mendukung Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden (bacapres) pada pemilihan umum presiden (Pilpres) 2024.
"Akan sangat menyedihkan untuk saya, membayangkannya saja saya bisa berkaca-kaca, karena bagi saya PDI Perjuangan, bahkan sejak masih nama PDI, itu partai yang suka saya dukung kalau kampanye, sejak kelas 6 SD bahkan," ungkapnya kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (19/8/2023).
"Jadi tentu saja akan sangat sedih, dan jika ada sanksi untuk saya tentu saja itu secara personal emosional itu mengganggu saya," imbuhnya.
Sebelumnya, Budiman mendeklarasikan gerakan dukungan bernama Prabu atau Prabowo Budiman Bersatu di Marina Convention Center, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (18/8).
Secara terang-terangan, Budiman mendukung Ketua Umum Partai Gerindra tersebut maju di Pilpres 2024, padahal PDI-P sudah mendapuk Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai tokoh yang dipercaya mampu melanjutkan estafet kepemimpinan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Lelaki kelahiran 10 Maret 1970 ini menilai Prabowo sebagai sosok yang menjalankan kepemimpinan strategis, bukan populis, sehingga dapat menjaga persatuan bangsa Indonesia.
"Saya melihat tidak sempurna Pak Prabowo, tidak ideal, tapi relatif dibandingkan yang lain, karena itu bagi saya kepemimpinan strategis penting untuk menjaga persatuan nasional," jelasnya.
Baca Juga: Dukung Prabowo di Pilpres 2024, Budiman Sudjatmiko Siap Disanksi PDIP: Tanggung Jawab Saya
"Kalau kepemimpinan populis, itu malah cenderung bisa polarisasi," sambung lelaki yang pernah menjadi tahanan politik pada masa Orde Baru ini.
Ia pun mengaku terpaksa mengatakan bahwa saat ini kepemimpinan strategis cenderung bisa dilakukan oleh Prabowo Subianto.
"Saya melihat, unsurnya relatif ada di Pak Prabowo, jadi dengan terpaksa saya harus katakan, ya kita harus dorong kepemimpinan strategis, kebetulan namanya Pak Prabowo, kalau ada yang lain ngga apa-apa juga, kalau Pak Jokowi bisa lanjutkan ngga apa-apa juga, tapi kan nggak mungkin," ujarnya.
Anggota DPR RI periode 2009-2019 ini pun mengklaim sudah sempat bertemu secara informal dengan Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto pada 18 Juli 2023.
Akan tetapi, ia mengaku belum mendapatkan undangan formal maupun informal usai mendukung Menteri Pertahanan RI sebagai bacapres 2024 mendatang.
"Sampai hari ini, malam ini, nggak ada. Nggak tahu besok, ya tentu saja kalau ada saya akan datang, dan itu kewajiban saya," tegasnya.
Baca Juga: Djarot PDIP: Selamat Budiman Sudjatmiko sebagai Bakal Cawapres Prabowo
Ia berharap, partai yang diketuai oleh Megawati Soekarnoputri itu dapat mendiskusikan tentang wacana aliansi strategis bersama Partai Gerindra yang ia usulkan terlebih dahulu sebelum menjatuhkan sanksi terhadap dirinya.
"Jika memang ada sanksi untuk saya, saya berharap apa yang saya lakukan bisa menjadi bahan diskusi. Apakah argumen-argumen saya benar," ujarnya.
Mantan aktivis reformasi 1998 itu pun mengaku tetap akan menjadi Soekarnois meski dirinya dicabut dari keanggotaan PDI-P.
"Seandainya saya secara administratif dicabut keanggotaan saya, tentu saya sangat sedih, tapi yakinlah yang tercabut dari saya hanya status administratif saya sebagai kader nasionalis Soekarnois, tapi saya sendiri sebagai Soekarnois tentu tetap ada," pungkasnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.