Ia pun mengaku terpaksa mengatakan bahwa saat ini kepemimpinan strategis cenderung bisa dilakukan oleh Prabowo Subianto.
"Saya melihat, unsurnya relatif ada di Pak Prabowo, jadi dengan terpaksa saya harus katakan, ya kita harus dorong kepemimpinan strategis, kebetulan namanya Pak Prabowo, kalau ada yang lain ngga apa-apa juga, kalau Pak Jokowi bisa lanjutkan ngga apa-apa juga, tapi kan nggak mungkin," ujarnya.
Anggota DPR RI periode 2009-2019 ini pun mengklaim sudah sempat bertemu secara informal dengan Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto pada 18 Juli 2023.
Akan tetapi, ia mengaku belum mendapatkan undangan formal maupun informal usai mendukung Menteri Pertahanan RI sebagai bacapres 2024 mendatang.
"Sampai hari ini, malam ini, nggak ada. Nggak tahu besok, ya tentu saja kalau ada saya akan datang, dan itu kewajiban saya," tegasnya.
Baca Juga: Djarot PDIP: Selamat Budiman Sudjatmiko sebagai Bakal Cawapres Prabowo
Ia berharap, partai yang diketuai oleh Megawati Soekarnoputri itu dapat mendiskusikan tentang wacana aliansi strategis bersama Partai Gerindra yang ia usulkan terlebih dahulu sebelum menjatuhkan sanksi terhadap dirinya.
"Jika memang ada sanksi untuk saya, saya berharap apa yang saya lakukan bisa menjadi bahan diskusi. Apakah argumen-argumen saya benar," ujarnya.
Mantan aktivis reformasi 1998 itu pun mengaku tetap akan menjadi Soekarnois meski dirinya dicabut dari keanggotaan PDI-P.
"Seandainya saya secara administratif dicabut keanggotaan saya, tentu saya sangat sedih, tapi yakinlah yang tercabut dari saya hanya status administratif saya sebagai kader nasionalis Soekarnois, tapi saya sendiri sebagai Soekarnois tentu tetap ada," pungkasnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.