JAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri meminta Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil untuk memperjuangkan Inggit Garnasih menjadi pahlawan nasional.
Inggit adalah Istri kedua Soekarno yang dinilai memiliki peran besar dalam kehidupan Soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
“Maka, tadi saya sampaikan pesan Ibu Megawati kepada Pak Ridwan Kamil, terkait dengan Ibu Inggit. Mari kita perjuangkan sebagai pahlawan nasiona,” kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Sabtu (28/1/2023).
Baca Juga: Sejarawan Terus Desak Ridwan Kamil Buru Penjual Surat Nikah dan Cerai Soekarno-Inggit
Inggit Garnasih dilahirkan pada 17 Februari 1888 di Desa Kamasan, Banjaran, Bandung. Nama lahirnya sebetulnya hanya Garnasih saja, gabungan kata Hegar dan Asih, Hegar berarti segar dan Asih berarti cinta.
Adapun, nama Inggit disematkan karena Garnasih kerap didekati laki-laki yang memberikan hadiah dengan harapan mendapatkan cinta. Sesekali hadiah itu berupa uang satu ringgit. Julukan itu kemudian berubah menjadi Inggit.
Inggit Garnasih lahir dari keluarga yang sederhana. Dia juga memiliki pendidikan formal hingga Madrasah Ibtidaiyyah. Kala itu, perempuan yang mengenyam pendidikan setingkat MI sudah dinilai memadai.
Namun demikian, Inggit Garnasih disebut memiliki kecerdasan emosional yang mengagumkan sehingga bisa “membesarkan” Bung Karno. Inggit juga dinilai bisa memainkan tiga peran dalam waktu yang bersamaan, yakni seorang ibu, istri, dan teman bagi Bung Karno.
Baca Juga: Ini Alasan Frans Seda Layak Diusulkan Sebagai Pahlawan Nasional
“Di balik setiap pahlawan besar, selalu ada seorang perempuan agung.” Inggit Garnasih memiliki peran yang tidak dapat dilupakan dalam perjuangan Bung Karno. Bung Karno sendiri mengakui bahwa dia berutang budi kepada Inggit.
“Selama ini kau jadi tulang punggungku dan menjadi tangan kananku selama separuh umurku,” demikian pengakuan Bung Karno kepada Cindy Adams tahun 1966.
Tamatnya Bung Karno dari studi di Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS) dan mendapatkan gelar insinyur Teknik Sipil juga tidak terlepas dari jasa Inggit. Tak hanya memberikan dukungan moril, dia juga mendukung secara materiil.
Inggit bekerja menjahit baju, membuat kutang, bedak, jamu, rokok, hingga agen sabun. Dia bahkan menggadaikan perhiasannya untuk menghidupi keluarga dan membiayai perjuangan suami.
Baca Juga: Puja-puji Ridwan Kamil untuk PDIP, Bikin Pantun untuk Megawati dan Bangun Klinik Inggit Ganarsih
Saat Bung Karno mendirikan partai politik Partai Nasional Indonesia (PNI) tahun 1927 silam, Inggit pun ‘hadir’. Rumahnya direlakan untuk menjadi tempat berkumpul para mahasiswa dan pemuda.
Saat diskusi berlangsung memanas, Inggit kerap berperan menjadi penengah, meski hanya berdiam atau menginterupsi dengan cara menyodorkan kopi atau camilan.
Tak hanya itu, Inggit juga selalu mendampingi Bung Karno saat berpidato ke berbagai tempat di daerah. Dia bertugas sebagai interpreter isi pidato Bung Karno, menerjemahkan berbagai pertanyaan atau komentar dari rakyat.
Mahasiswa Indonesia Edisi Jabar pada 1971 pernah menurunkan tulisan "Inggit Ganarsih, Kenangan Cinta Yang ‘Tua’. Dalam tulisan tersebut, Inggit disebut sebagai istri yang juga teman perjuangan dalam memerdekakan Indonesia.
Banyak perjaIanan pahit selama berumah tangga dengan Sukarno, sebab ia sering ditinggal oleh suaminya itu yang hilir-mudik masuk penjara.
Bahkan ketika Soekarno diasingkan ke Ende, kemudian ke Bengkulu serta beberapa tempat lainnya sebagai tahanan politik, Inggit tetap bersetia menemani di sisinya.
Termasuk saat Soekarno dipenjara di Banceuy, Bandung dan menyusun pembelaanya di sana pada 1930. Inggit adalah sosok yang menyelundupkan naskah-naskah yang dibutuhkan oleh suaminya itu.
Dalam kenangannya, Inggit menceritakan kebersamaan dirinya dengan Sukarno ketika memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Dalam catatan sejarah ditulis, Inggit banyak menemani Sukarno pergi ke kampung-kampung untuk bertamu dengan masyarakat. Pertemuan tersebut tidak dilakukan di rumah, gedung atau tempat beratap lainnya, melainkan di sawah-sawah, di kebun. Dialah sosok yang oleh sastrawan Ramadhan KH dituliskan sebagai sosok yang mengantarkan Soekarno ke gerbang kemerdekaan, dalam buku "Kuantar Ke Gerbang".
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.