Kompas TV nasional budaya

11 November 1785 Pangeran Diponegoro Lahir, "Sang Ratu Adil" Pemimpin Utama Perang Jawa

Kompas.tv - 11 November 2022, 05:43 WIB
11-november-1785-pangeran-diponegoro-lahir-sang-ratu-adil-pemimpin-utama-perang-jawa
Tepatnya 11 November 1785, Pangeran Diponegoro lahir dari keluarga para sultan di Yogyakarta.(Sumber: Kompas.com-)
Penulis : Iman Firdaus

Baca Juga: Ketika Perang Jawa Berakhir di Bulan Ramadan dan Pangeran Diponegoro Ditangkap

Namun pada 1829, Belanda kemudian meraih kemenangan. salah satunya, karena Belanda menawan orang-orang terdekat sang pangeran seperti ibundanya, Raden Ayu Mangkorowati dan anak perempuannya, Raden Gusti Ayu. Pada tahun 1829 itu, Diponegoro nyaris berjuang seorang diri.

Serangan malaria tropika akibat bersembynyi di hutan-hutan membuat tubuh pangeran makin lelah dan sakit-sakitan.

Belanda pun meningkatkan kekuatan militernya. Bagi kolonial Belanda, Perang Diponegoro adalah perang terbuka dengan mengerahkan berbagai jenis pasukan mulai dari pasukan infanteri, kavaleri, dan artileri, yang sejak Perang Napoleon selalu menjadi senjata andalan dalam pertempuran frontal.

Bahkan, Belanda mengeluarkan sayembara, kepala Diponegero dibanderol sebesar 20 ribu gulden bagi yang berhasil menangkapnya. Belanda juga mengerahkan empat pasukan gerak cepat. Namun kekuatan militer yang besar dan mahal itu tidak pernah berhasil menangkap Diponegoro.


Sang Pangeran justeru berhasil ditangkap berkat siasat licik dari Jenderal De Kock di hari kedua Lebaran pada 28 Maret 1830 di Magelang. Kedatangan Diponegoro di hari kedua sebenarnya sebagai kunjungan silaturahmi. 

Namun De Kock justeru punya siasat licik. Sejak 25 Maret 1830, De Kock memberi perintah rahasia kepada dua komandannya, yakni Letnan Kolonel Louis du Perron dan Mayor A.V Michels, mempersiapkan perlengkapan militer untuk mengamankan penangkapan sang Pangeran.


Setelah ditangkap di Magelang, Pangeran Diponegoro diasingkan ke Gedung Karesidenan Semarang, di Ungaran, lalu dibawa ke Batavia pada 5 April 1830 dengan menggunakan kapal Pollux. Pangeran Diponegoro tiba di Batavia pada 11 April 1830 dan ditawan di Stadhuis (Gedung Museum Fatahillah saat ini). 


Setelah itu,  pada 30 April 1830, Pangeran Diponegoro diasingkan ke Manado bersama keluarga kecilnya.  Mereka tiba di Manado pada 3 Mei 1830 dan ditawan di Benteng Nieuw Amsterdam. Tahun 1834, Diponegro dipindahkan ke Makassar hingga wafatnya di Benteng Rotterdam tanggal 8 Januari 1855.

Bagi Belanda, perang Jawa adalah perang paling mahal. Dalam tempo lima tahun korban tewas sebanyak 200.000 jiwa penduduk Jawa dan  korban tewas di pihak Belanda berjumlah 8.000 tentara Belanda dan 7000 serdadu pribumi. 

Baca Juga: Pernah Dinyatakan Hilang Ratusan Tahun, Keris Pangeran Diponegoro Kini di Solo

Kekalahan Pangeran Diponegoro kemudian mengubah tatanan tanah jawa. Belanda semakin  menegaskan penguasaan atas Pulau Jawa. Raja dan bupati Jawa tunduk kepada Belanda. 

Namun Belanda harus membayar mahal, 20 juta gulden terkuras akibat perang itu, hingga membuat keuangan Belanda nyaris bangkrut.

Dari sinilah politik tanam paksa (cultuurstelsel) dimulai untuk mengganti kerugian biaya perang. Cultuurstelsel berarti kewajiban rakyat (Jawa) untuk menanam tanaman ekspor yang laku dijual di  pasar Eropa seperti kopi. Namun, ini pun awal kesengsaraan berikutnya bagi bangsa Indonesia. 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x