SURABAYA, KOMPAS.TV - Jaringan Gusdurian berkomitmen untuk mengawal Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang. Mereka akan melakukan sejumlah cara untuk mengawal Pemilu mendatang.
“Kami berkomitmen mengawal pemilu 2024 untuk terwujudnya rekonfigurasi kekuasaan,” ungkap Koordinator Jaringan Gusdurian Alissa Wahid dalam penutupan acara Temu Nasional Gusdurian (TUNAS) di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Minggu (16/10/2022), melalui keterangan tertulis yang diterima KOMPAS.TV.
Putri sulung Presiden ke-4 Republik Indonesia Abdurrahman Wahid itu menjelaskan, Jaringan Gusdurian akan melakukan pendidikan politik untuk mencegah maraknya praktik politik uang dan polarisasi sosial.
Selain itu, kelompok orang yang terdiri dari keluarga, sahabat, murid, pengikut, serta pengagum Gus Dur itu juga akan mendesak partai-partai politik untuk melakukan reformasi kepartaian, sehingga tercapai accountable programatic-based party (partai berbasis program yang akuntabel).
Langkah tersebut merupakan satu dari lima rumusan resolusi dan rekomendasi Jaringan Gusdurian atas isu strategis nasional yang disusun selama tiga hari sejak Jumat (14/10) hingga Minggu (16/10/2022).
Baca Juga: Soal Penangkapan Warga Desa Wadas, Gusdurian Minta Warga Dibebaskan dan Tunda Pengukuran Lahan
Di dalam dokumen berjudul “Mempersoalkan Oligarki untuk Inklusi Sosial, Politik, dan Ekonomi”, para penggerak Gusdurian juga menyoroti empat isu nasional lainnya, yakni perluasan ruang demokrasi di Indonesia, penegakan hukum, demokratisasi ekonomi yang inklusif, serta perimbangan oligarki kelompok elite.
“Kekuatan kapital mengental di berbagai bidang. Kepentingan rakyat terabaikan. Kelestarian alam tergadaikan. Oligarki menjadi sumber masalah bangsa yang harus kita koreksi,” ujar Alissa.
“Penguatan demokrasi substansial menjadi solusi untuk mewujudkan inklusi sosial, ekonomi, dan politik,” imbuhnya di hadapan ribuan peserta.
Desakan terkait perluasan ruang demokrasi, kata dia, salah satunya bisa dilakukan dengan melakukan revisi berbagai regulasi yang kontraproduktif terhadap keadilan ekonomi dan jaminan ruang hidup yang setara, di antaranya UU Minerba, UU Cipta Kerja; serta kebebasan berpendapat dan berekspresi, seperti UU ITE.
Baca Juga: Cerita Alissa Wahid soal Syafii Maarif: Kalau Mentok Urusan Bangsa, Saya Berlabuh ke Buya
“Kami mendesak pemerintah menegakkan hukum yang mencerminkan keadilan dan pemenuhan hak-hak konstitusional dengan menuntaskan kasus HAM berat dan memulihkan hak-hak korban,“ ujar Alissa.
Selain itu ia juga menambahkan, desakan tersebut di antaranya dilakukan dengan memberantas korupsi dan menguatkan institusi KPK, Kejaksaan, Kepolisian dan Kehakiman hingga mempercepat reformasi TNI, Polri, Kejaksaaan, dan Kehakiman.
Kemudian, Jaringan Gusdurian mendesak pemerintah untuk melakukan demokratisasi ekonomi yang inklusif, responsif gender dan penyandang disabilitas.
Ia menuturkan, tujuan tersebut dapat diwujudkan melalui tiga cara. Pertama, memberikan perhatian yang lebih kuat kepada UMKM. Kedua, penguatan program inklusi keuangan. Ketiga, akses pasar yang mewujudkan transisi energi berkeadilan.
Baca Juga: Lima Pernyataan Jaringan Gusdurian Soal Seleksi Pegawai KPK yang Sarat Kontroversi
Terkait komitmen memperkuat konsolidasi masyarakat sipil untuk perimbangan oligarki kelompok elite, Alissa menyebutkan sejumlah upaya yang akan dilakukan Jaringan Gusdurian.
“Hal ini dilakukan dengan cara mengajak seluruh elemen masyarakat sipil untuk melakukan pendidikan politik, pemberdayaan ekonomi, dan advokasi kasus-kasus rakyat, serta membangun ruang-ruang dialog antarelemen untuk memperkuat kohesi dan solidaritas sosial,” pungkas Alissa.
Beberapa tokoh yang hadir dalam acara TUNAS di antaranya istri Gus Dur Sinta Nuriyah, Alissa Wahid, Inaya Wahid, budayawan Zawawi Imron, Menteri Agama RI 2014-2019 Lukman Hakim Saifuddin, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.