Kompas TV nasional sosok

Kisah Van Rossen, Petinggi Polisi Zaman Belanda yang Terima Suap dari Bisnis Judi dan Pelacuran

Kompas.tv - 25 Agustus 2022, 06:30 WIB
kisah-van-rossen-petinggi-polisi-zaman-belanda-yang-terima-suap-dari-bisnis-judi-dan-pelacuran
Polisi zaman Belanda. (Sumber: istimewa)
Penulis : Iman Firdaus | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV - Masyarakat Batavia (kini Jakarta) dihebohkan oleh ditangkapnya seorang petinggi polisi berpangkat Komisaris Besar (hoofdcommisaris), bernama  Van Rossen. Dia ditangkap karena menerima suap dari para penjudi dan pemilik bisnis pelacuran. Bukan hanya itu, dia juga dituduh menyelewengkan anggaran kepolisian.

“Van Rossen mengaku bersalah dan ditahan,” tulis Marieke Bloembergen yang menulis buku "Polisi Zaman Hindia Belanda dari Kepedulian dan Ketakutan" (terbitan KOMPAS, 2011).

Marieke menjelaskan, Van Rossen awalnya seorang polisi yang bersih dan berprestasi. Dia datang ke Batavia pada 1918 untuk menggantikan tugas Kombes Pol Boon. 

Sosok Van Rossen yang bersih dan berprestasi bahkan diakui oleh Gubernur Jenderal Limburg Stirum, yang dimuat dalam koran De Graeff pada 27 Februari 1918. 

Baca Juga: Johan Budi Soroti Oknum Polisi Nakal saat RDP Bersama Kapolri: Jangan Dimutasi, Pidanakan!

Tidak heran bila Van Rossen diminta langsung oleh Limburg Stirum untuk datang ke Batavia. Salah satu  alasannya, selain bersih, kala itu Hindia Belanda belum memiliki kepolisian yang tertata sistemnya. Termasuk sistem keuangannya. 

Saat bertugas, Van Rossen memang membenahi kepolisian. Misalnya, dia minta agar kepolisian diberi seragam lapangan yang bersih, kuat, dan tidak mudah kotor. 

Namun, setelah bertugas di Hindia Belanda selama beberapa tahun, Van Rossen diam-diam melakukan upaya memperkaya diri sendiri. Dengan kewenangan yang dimiliki, ia memainkan pos anggaran kepolisian. Modusnya dengan mengalihkan sebagian uang yang tersedia karena kekosongan jabatan.

Bukan hanya itu, dia juga menerima uang suap dari pemilik judi dan pelacuran di kawasan Senen.

Tidak mengherankan bila pada akhir tahun 1922, van Rossen sudah punya sebuah mobil merah bermerek Hudson, rumah mewah, dan vila di Negeri Belanda. 

Perilaku hidup mewah Van Rossen diikuti oleh anak buahnya. Tercatat, para petinggi polisi itu memiliki mobil-mobil mewah, kuda-kuda pacu, serta terbiasa berfoya-foya menghadiahkan istri dan anak-anak perempuan mereka dengan perhiasan emas. 

Kecurigaan terhadap Van Rossen datang dari Asisten Residen Batavia J.J. van Helsdingen. Kecurigaan bukan hanya dari gaya hidup mewah Van Rossen, tetapi juga datang dari anak buahnya yang berdasarkan pengamatan, bermasalah. Misalnya, ada agen kepala bernama Muller yang melaporkan atasannya, kepala reserse unit candu bernama WJ Kelder, telah terlibat penyelundupan candu.

Rupanya, sudah lumrah ada upeti mengalir ke institusi kepolisian Batavia di bawah Van Rossen. Upeti itu berasal dari 15 pemilik perjudian dan pelacuran di wilayah Senen, yang setiap bulan menyetor kurang lebih 2.000 gulden.

Namun anehnya, Van Rossen tidak menindak perilaku tak terpuji ini. Bahkan dia membiarkan praktek itu berlangsung oleh anak buahnya. Hal ini menjadi bukti kuat bagi Asisten Residen Van Helsdingen untuk mencokok Van Rossen.


Asisten Residen kemudian ditugaskan untuk membuka kasus korupsi Van Rossen hingga tuntas. Hasilnya mencengankan, sebab menyeret sejumlah petinggi polisi seperti Kepala Sekolah Polisi di Bogor bernama Misset, dan Kepala Depo Pelatihan H de Waard. 

“Maraknya korupsi, penerimaan uang suap dari pusat perjudian dan pelacuran yang dikelola orang-orang Tionghoa, pendapatan ilegal dari distribusi beras, perwira-perwira yang tidak becus, pengelolaan keuangan yang kacau-balau, salah kelola dalam proses penerimaan dan penempatan anggota kepolisian lapangan di Betawi. Itu semua terjadi karena kuatnya sistem saling melindungi dalam kepolisian umum di gewest (daerah) Betawi," tulis Marieke.

Peristiwa ini membuat heboh. Surat kabar Oetoesan Melajoe-Perobahan pada 24 Oktober 1923, menuliskan kasus penggelapan dana dan pemeran oleh petinggi polisi yang semuanya bermuara pada Van Rossen.

Baca Juga: Jumlahnya Terus Bertambah, Komisi III Pertanyakan Peran Anggota Polisi yang Terseret Kasus Sambo

Beberapa pelaku penggelapan uang negara itu akhirnya akan dihadapkan ke Raad van Justitie di Batavia.

Namun, kasus ini membuat posisi kepala polisi Batavia lowong. Hingga pemerintah kolonial pada  2 November 1923 menyelenggarakan pertemuan menyengkut sosok yang akan jadi pengganti Van Rossen.

Tercatat, pemerintah kolonial semenjak itu lebih berhati-hati dalam mengangkat perwira polisi.


 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x