Belum lagi bicara soal balistik peluru, jarak, dua pertanyaan di atas saja mengundang kembali kejanggalan baru.
Yang jelas, pertanyaan berikutnya apakah hal ini tidak diketahui pada autopsi yang pertama?
Kenapa tidak disampaikan pada tahap awal penjelasan soal ini?
Lagi-lagi sejumlah pertanyaan berderet, yang semakin menambah daftar kejanggalan dalam kasus ini.
Tak hanya soal itu, dari hasil dokumen forensik autopsi kedua, juga didapatkan adanya luka tembak sejajar di sejumlah titik. Ada pula dugaan tembakan dari bawah dagu menembus bibir, yang disampaikan oleh Kamaruddin kepada saya.
Semua ini saya konfirmasi ke pihak dokter forensik yang tengah melakukan kerja forensik. Sayangnya permohonan tim Program AIMAN, tidak dijawab.
Kami pula mencoba mendatangi Komnas HAM, yang sebelumnya mengikuti perkembangan autopsi kedua. Saya menanyakan kepada salah satu komisionernya, Beka Ulung Hapsara.
Saya menanyakan apakah temuan ini (luka tembak menembus hingga ke hidung), juga ditemukan faktanya oleh Komnas HAM?"
"Saya menemukan data yang luar biasa yang belum pernah diungkapkan sebelumnya, disebutkan bahwa luka yang ada di hidung yang dijahit yang karena serempetan peluru ternyata karena peluru dari belakang kepala tembus hingga ke hidung, apakah Komnas HAM juga menerima informasi yang sama?" tanya Saya kepada Beka
"Ya!" jawab singkat Beka.
Meski Beka mengungkapkan bahwa semua temuan secara resmi akan dilaporkan secara resmi oleh Tim Forensik Gabungan yang tengah bekerja. Beka meminta agar menunggu sampai hasil forensik seluruhnya selesai.
Pertanyaan demi pertanyaan seolah selalu muncul dari hari ke hari, atas fakta-fakta baru yang ditemukan yang justru semakin memunculkan pertanyaan.
Sangat relevan apa yang disampaikan Presiden Joko Widodo, "Usut Tuntas, Buka apa adanya!"
Saya Aiman Witjaksono... Salam!
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.