Kompas TV nasional sosok

Hari Pahlawan 10 November: Usmar Ismail, Gelar Pahlawan dari Jejak Seni Film

Kompas.tv - 4 November 2021, 11:28 WIB
hari-pahlawan-10-november-usmar-ismail-gelar-pahlawan-dari-jejak-seni-film
Sutradara Usmar Ismail akan mendapatkan gelar pahlawan (Sumber: istimewa-)
Penulis : Iman Firdaus

Nah, pengambilan gambar film  “Darah dan Doa” disebut-sebut sebagai kelahiran film nasional pertama Indonesia. Dalam produksi film ini, Usmar menggaet pemain yang sama sekali tidak memiliki pengalaman di seni peran. Aktor seperti Del Yuzar, Awaluddin Djamin, Aedy Moward, Farida, bukanlah aktor profesional.

Film tersebut merupakan film pertama tentang manusia Indonesia dalam revolusi. Berkisah tentang karakter Kapten Sudarto dalam perjalanan panjang Divisi Siliwangi dari Yogyakarta kembali menuju daerah Jawa Barat pada 1948 atau setelah persetujuan Renville.

Baca Juga: Kisah di Balik Last Night in Soho: Terpengaruh Film Roman Polanski hingga Andil Quentin Tarantino

“Darah dan Doa” sempat menuai perdebatan, terutama dari perwira angkatan darat, karena film tersebut dianggap tidak menggambarkan keperwiraan dan melukiskan kelemahan seorang anggota tentara.

Meski demikian, Usmar mengatakan bahwa tokoh Sudarto dalam “Darah dan Doa” bukanlah pahlawan dalam artian umum. Ia ingin menggambarkan seorang tentara yang terlibat dan terseret oleh arus revolusi dengan bingkai sisi manusiawi.

“Saya tertarik kepada kisah Sudarto karena menceritakan secara jujur kisah manusia Indonesia dengan tidak jatuh menjadi film propaganda yang murah,” tulis Usmar dalam karangan berjudul “Film Saya yang Pertama”, dikutip dari Rosihan Anwar dalam buku “Sejarah kecil ‘petite histoire’ Indonesia; Volume 2”.

Setelah “Darah dan Doa”, ia segera memulai produksi keduanya dengan masih mengangkat tema perjuangan zaman revolusi, yakni “Enam Djam di Djogja” (1951).

Tahun-tahun setelahnya, Usmar juga membuat film “Lewat Tengah Malam” (1954) bersama Persari pimpinan Djamaluddin Malik. Melalui Perfini, ia memproduksi “Pedjuang” (1959) yang memenangkan penghargaan aktor terbaik di ajang Festival Film di Moskwa (1961).

Sederet film yang diproduksi Usmar antara lain "Dosa Tak Berampun" (1951), "Terimalah Laguku" (1952), "Kafedo" (1953), "Krisis" (1953), "Tamu Agung" (1955), "Tiga Dara" (1956), dan sebagainya.

Film terakhirnya adalah Ananda (1970), setelahnya pada 2 Januari 1971 Usmar wafat dalam usia hampir genap lima puluh tahun.

Kiprah Usmar di dunia film di awal kemerdekaan, menjadi tonggak perfilman oleh manusia Indonesia. Yang sebelumnya banyak dikuasai orang asing. Bukan hanya itu, film-film Usmar juga banyak menggambarkan problematika manusia Indonesia dalam menghadapi zamannya.




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x