JAKARTA, KOMPAS.TV - Keberhasilan Taliban menguasai Afghanistan, memicu kekhawatiran akan perkembangan gerakan terorisme dan ekstrimisme di Indonesia.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Polri tengah menyelediki kemungkinan adanya simpatisan Taliban di Indonesia.
"Kami sedang melakukan penyelidikan, ada kaitannya atau tidak, kami belum bisa menentukan," kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol Argo Yuwono, dikutip dari ANTARA, Minggu (22/8/2021).
Argo menambahkan, penyelidikan juga dilakukan guna mengumpulkan informasi terkait simpatisan Taliban di Indonesia, karena saat ini memang belum ada.
Baca Juga: Pasca Taliban Berkuasa, Bagaimana Nasib Hubungan Bilateral Indonesia - Afghanistan?
"Belum dapatkan informasi itu, Polri tetap waspada dan terus melakukan penyelidikan terkait itu," jelas Argo.
Selain Polri, Badan Intelijen Negara (BIN) juga sedang melakukan deteksi dini terhadap kelompok-kelompok teroris di Indonesia yang memiliki kedekatan ideologi dan jaringan dengan Taliban.
Sebelumnya, Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN), Wawan Hari Purwanto menyebut deteksi dini tersebut sebagai upaya antisipatif pasca jatuhnya kekuasaan Afghanistan ke tangan Taliban.
"Pasca kemenangan Taliban menguasai Afghanistan, BIN bersama jajaran intelijen melakukan langkah antisipatif dengan memperkuat deteksi dini dan cegah dini," kata Wawan dalam keterangan tertulis, Jumat (20/8/2021).
"Terutama kepada kelompok teroris yang memiliki kedekatan ideologis dan jaringan dengan Taliban," imbuhnya.
Baca Juga: Taliban Kembali Kuasai Afghanistan, BIN Lakukan Deteksi Dini di Indonesia, Ada Apa?
Sedangkan, beberapa pengamat dan praktisi memiliki pandangan berbeda dengan Polri dan BIN ketika membahas dampak kepemimpinan Taliban terhadap terorisme di Indonesia dalam diskusi virtual, Sabtu (21/8/2021).
Mereka melihat kemenangan Taliban di Afghanistan kemungkinan tidak akan memicu aksi terorisme di Indonesia karena tidak ada bukti-bukti yang mendukung dugaan tersebut.
Salah satu yang berpendapat demikian adalah warga negara Indonesia (WNI) yang pernah menjadi petempur di Afghanistan pada periode sekitar 1985-1992, Imron Byhaqi alias Abu Tholut.
"Kita tidak perlu khawatir dengan kemenangan Taliban dan mengkaitkan itu dengan aksi terorisme di Indonesia, karena tidak ada bukti empiris kemenangan gerakan di luar negeri memicu aksi terorisme di Indonesia dalam hal ini yang terkait Islam," kata Abu Tholut.
Menurut Abu Tholut, aksi teror baru akan terjadi jika ada konflik, kezaliman, penjajahan, dan berita-berita duka.
Sumber : ANTARA
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.