Baca Juga: Kronologi Turbulensi Singapore Airlines, 1 Tewas dan Puluhan Terluka
1. Turbulensi Termal
Turbulensi ini terjadi akibat pemanasan permukaan oleh radiasi matahari, disebabkan oleh faktor penutupan permukaan. Cenderung terjadi keadaan saat angin 158 yang sedikit di siang hari, serta berpeluang membuat kondisi atmosfer tidak stabil [unstable lapse-rate).
2. Turbulensi Konvektif
Turbulensi ini terjadi akibat awan konvektif, yang sebelumnya mengalai turbulensi termal. Di dalam awan ini terjadi turbulensi yang besar terutama saat terjadi hujan dan badai guntur.
3. Turbulensi Mekanik
Sebab utama terjadinya turbulensi mekanik adalah adanya gesekan antar a angin dengan permukaan bumi. Turbulensi jenis ini sering terjadi di daerah pegunungan karena permukaan bumi yang tidak rata menyebabkan olakan saat angin melalui pengunungan tersebut.
4. Clear Air Turbulence (CAT)
Turbulensi jenis ini sulit diprediksi karena terjadi saat udar a cerah, berbeda dengan turbulensi akibat awan-awan konvektif yang memang terjadi turbulensi di dalamnya.
Oleh sebab itu kajian tentang CAT paling mendapat perhatian khusus dari peneliti di bidang penerbangan. CAT ini disebabkan oleh angin potong {wind shear), Jet Stream dan atau Gelombang Lee [Lee Wave).
Gelombang Lee adalah gelombang udara yang terbentuk akibat angin melewati gunung sehingga terjadi perputaran udara.
Untuk menghindari terjadinya flight injuries karena turbulensi yang sulit dideteksi dimana dan kapan waktu terjadinya, diharapkan para penumpang dan awak pesawat selalu meningkatkan kesiagaannya.
Misalnya dengan tetap menggunakan seatbelt selama duduk meskipun seatbelt sign tidak menyala dan berjalan di lorong pesawat seperlunya saja. Hal ini tentu akan mengurangi resiko terlempar dan cideranya penumpang ketika terjadi goncangan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.