Severity: Notice
Message: Undefined property: stdClass::$iframe
Filename: libraries/Article_lib.php
Line Number: 241
Backtrace:
File: /var/www/html/frontendv2/application/libraries/Article_lib.php
Line: 241
Function: _error_handler
File: /var/www/html/frontendv2/application/controllers/Read.php
Line: 85
Function: gen_content_article
File: /var/www/html/frontendv2/index.php
Line: 314
Function: require_once
KOMPAS.TV - Pembunuhan terhadap pria kulit hitam, George Floyd, yang dilakukan polisi kulit putih, berbuntut panjang. Protes besar-besaran terjadi di seluruh Amerika Serikat (AS).
Sejumlah pemimpin tampak meminta para pendemo tetap tenang, menghindari kerumunan serta tidak menghancurkan toko dan mobil polisi.
Pada beberapa malam terakhir, mereka bahkan membagikan masker dan memperingatkan para demonstran bahwa mereka berada dalam risiko penularan besar Covid-19.
Baca Juga: Detik-Detik Penangkapan George Floyd Hingga Meninggal yang Bikin Publik AS Marah
Dilansir The Associated Press via Kompas.com, Wali Kota Atlanta, Keisha Lance Bottoms pada Sabtu sore (30/5/2020) mengatakan, jika kalian ikut dalam demo protes semalam, kalian kemungkinan harus mengikuti tes Covid-19.
"Masih ada wabah di Amerika yang membunuh orang kulit hitam dan cokelat dalam jumlah yang lebih tinggi," katanya.
Senada, Gubernur Minnesota menuturkan, terlalu banyak pengunjuk rasa yang tidak melakukan social distancing atau memakai masker wajah.
Mereka tidak memedulikan peringatan pada awal pekan soal kewajiban memakai masker dan social distancing itu. Kebanyakan tidak mengacuhkan dan tidak terpengaruh.
"Tidak apa-apa bahwa di tengah pandemi kita harus berada di sini mempertaruhkan hidup kita," kata Spence Ingram pada Jumat setelah berbaris dengan pengunjuk rasa lain ke negara bagian Capitol di Atlanta.
"Tapi aku harus memprotes untuk hidupku dan berjuang untuk hidupku sepanjang waktu," sambungnya.
Ingram (25) yang mengenakan masker wajah itu mengaku menderita asma dan khawatir tertular virus.
Tapi dia berkata sebagai wanita kulit hitam, dia selalu merasa bahwa hidupnya berada di bawah ancaman dari polisi dan dia perlu memprotes hal itu.
Demonstrasi atas pembunuhan George Floyd, seorang pria kulit hitam yang meninggal setelah seorang petugas polisi kulit putih Minneapolis menekan lutut di lehernya, datang pada saat banyak kota mulai bersantai dengan perintah tetap di rumah.
Para ahli kesehatan khawatir dan mulai takut bahwa pembawa virus yang asimptomatik alias tidak memiliki gejala tanpa disadari dapat menginfeksi orang lain pada demo protes.
"Apakah mereka bersemangat atau tidak itu tidak mencegah mereka terkena virus," kata Bradley Pollock, ketua Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat di University of California, Davis.
Bahkan untuk banyak pengunjuk rasa yang telah memakai masker, mereka tidak dijamin terlindung dari virus corona.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS merekomendasikan masker kain karena bahan kain dapat membuat lebih sulit bagi orang yang terinfeksi untuk menyebarkan virus.
Namun bahan kain pada masker tidak dirancang untuk melindungi orang yang memakai masker menjadi tidak terkena virus.
Baca Juga: Demo Kecam Kematian George Floyd Berujung Rusuh, Massa Rusak Kantor CNN
Corona di AS
AS telah terpukul paling parah oleh wabah virus corona, dengan lebih dari 1,7 juta kasus dan lebih dari 103.000 angka kematian, berdasarkan penghitungan Universitas Johns Hopkins.
Di New York, di mana lebih dari 21.000 orang tewas selama pandemi, sekelompok besar orang di Brooklyn melemparkan botol-botol air ke petugas dan membakar sebuah mobil polisi pada Jumat di luar Barclays Center.
Petugas polisi membersihkan kerumunan dengan menyemprotkan cairan kimia yang membuat mata sakit.
Gubernur Minnesota Tim Walz mengatakan bahwa setelah satu malam kerusuhan di Minneapolis banyak demonstran yang mengenakan masker hanya berusaha untuk menyembunyikan identitas diri mereka.
Mereka itu hanya menyebabkan kebingungan dan mengambil keuntungan dari peristiwa itu.
“Saya akan terus menekankan karena rasanya hal ini sudah berulang kali dikatakan, kita masih berada di tengah pandemi dan melewati 1.000 kematian kemarin. Kami masih memiliki rumah sakit yang hampir dikuasai oleh pasien Covid-19,” katanya.
Sementara itu, Wali kota Minneapolis Jacob Frey menyuarakan keprihatinannya. "Kami memiliki dua krisis (corona dan kasus pembunuhan ras kulit hitam) yang diapit satu sama lain," ungkapnya.
Komisaris kesehatan negara telah memperingatkan beberapa hari sebelumnya bahwa protes besar-besaran hampir pasti akan memicu kasus baru infeksi virus corona.
Minnesota melaporkan 35 angka kematian pada Kamis, tertinggi dalam satu hari sejak awal wabah, dan 29 lainnya pada Jumat.
Tapi itu bukan hanya pengunjuk rasa yang berisiko, petugas tanpa masker wajah yang berdiri dalam jangkauan lengan dari demonstran yang berteriak juga berisiko terpapar.
Baca Juga: Ucapkan Belasungkawa, Donald Trump: Keluarga George Floyd Berhak Atas Keadilan
Di Atlanta, Kepala Polisi Erika Shields mengarungi kerumunan tanpa masker pada Jumat lalu sembari mendengarkan orang-orang yang frustrasi.
Ketika para pejabat Los Angeles mengumumkan pada awal minggu bahwa kota itu sedang bersantai dengan perintah agar tetap berada di rumah dan mulai membuka kembali toko-toko, mereka mengatakan demo protes politik dapat dilanjutkan kembali tetapi dengan batas 100 orang.
Diketahui sebelumnya bahwa beberapa ratus orang hadir untuk protes yang diselenggarakan oleh Black Lives Matter, Los Angeles, dan kemudian menutup jalan bebas hambatan. Kebanyakan mengenakan masker wajah tetapi banyak yang tidak mengamati zona batasan.
Direktur Kesehatan Masyarakat Kabupaten Los Angeles, Barbara Ferrer mengatakan pada Jumat bahwa ini merupakan keprihatinan yang berkelanjutan.
"Tunjukkan rasa hormat satu sama lain dengan mengenakan masker sehingga tetesan pernapasan Anda tidak secara tidak sengaja masuk ke mulut, hidung, atau mata orang lain," kata Ferrer.
Baca Juga: Kemarahan Warga Soal Kematian George Floyd Kian Meluas!
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.