VATIKAN, KOMPAS.TV - Paus Fransiskus meninggal dunia pada usia 88 tahun, Senin (21/4/2025) pagi waktu Roma. Vatikan menyampaikan Sri Paus meninggal di kediaman resminya, Santa Marta di Vatikan.
Paus Fransiskus sempat dirawat selama lebih dari sebulan akibat infeksi saluran pernapasan yang berkembang menjadi pneumonia bilateral. Paus keluar dari rumah sakit pada 23 Maret lalu dan mulai beraktivitas sembari memulihkan diri.
Pada Minggu (20/4/2025), Paus Fransiskus mengisi khotbah Paskah di Basilika Santo Petrus. Paus hadir langsung menyapa jemaat dan khotbahnya dibacakan Master Perayaan Liturgi Kepausan Uskup Agung Diego Ravelli.
Dalam khotbah tersebut, Sri Paus berbicara tentang kebangkitan Yesus Kristus bukan sebagai gagasan yang abstrak, tetapi kekuatan hidup yang menyembuhkan dan memberdayakan.
"Cinta menang atas kebencian, cahaya atas kegelapan, kebenaran atas kepalsuan. Pengampunan telah menang atas pembalasan," kata Paus dikutip portal berita Vatican News.
"Kejahatan tidak hilang dari sejarah, tetap akan ada hingga akhir, tetapi ia tidak lagi unggul, ia tidak lagi berkuasa atas mereka yang menerima berkat hari ini."
Baca Juga: Paus Fransiskus Meninggal Dunia, Satu Hari setelah Khotbah Paskah tentang Perdamaian
Khotbah Sri Paus tidak hanya menyinggung keimanan, tetapi juga seruan agar kemanusiaan terus dibela, terutama untuk mereka yang menderita karena konflik di berbagai penjuru dunia.
Paus asal Argentina itu kemudian menyinggung keadaan Tanah Suci yang "terluka karena konflik" dan "ledakan kekerasan tak berkesudahan."
Paus memanjatkan doanya untuk masyarakat dan umat Kristen di Gaza yang menderita karena "konflik mengerikan yang terus terjadi, menimbulkan kematian dan penghancuran dan menciptakan situasi kemanusiaan yang dramatis dan menyedihkan."
"Saya meminta sekali lagi untuk gencatan senjata segera di Jalur Gaza, untuk pembebasan sandera, dan untuk akses bantuan kemanusiaan," katanya.
Sri Paus kembali menyerukan kepada komunitas internasional untuk bertindak dan memberi bantuan kepada "rakyat kelaparan yang berharap masa depan penuh perdamaian."
Tak luput dari doa Paus Fransiskus adalah umat Kristen di Lebanon, Suriah, dan Yaman yang juga menderita karena perang. Paus Fransiskus menyerukan kepada seluruh elemen Gereja Katolik untuk "tetap mendoakan dan memperhatikan umat Kristen di Timur Tengah tercinta."
Selain Timur Tengah, Kepala Negara Vatikan itu turut mengharapkan perdamaian di Ukraina, Kaukasus Selatan, tepatnya di daerah konflik Armenia-Azerbaijan, serta Balkan.
Paus Fransiskus pun menyerukan penghentian kekerasan yang telah berlangsung berdekade-dekade di Kongo, Sudan, Sudan Selatan, serta kawasan Sahel, Tanduk Afrika, dan Danau-Danau Besar Afrika.
Dalam pernyataan publik terakhirnya sebelum berpulang itu, Paus Fransiskus mengingatkan setiap manusia, setiap korban perang, memiliki jiwa dan martabat yang selayaknya dihormati.
"Di hadapan kekejaman konflik yang melibatkan warga sipil tak bersalah, serangan ke sekolah, rumah sakit, dan petugas kemanusiaan, kita tidak boleh lupa bahwa bukan target yang diserang, tetapi manusia, masing-masing memiliki jiwa dan martabat sebagai manusia," kata Paus Fransiskus.
Baca Juga: Mengenang Pesan dalam Kunjungan Bersejarah Paus Fransiskus ke Indonesia, Tujuh Bulan Lalu
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.