BEIJING, KOMPAS.TV — China berusaha menjangkau negara lain untuk mengantisipasi kebijakan tarif yang dikenakan Amerika Serikat (AS). Kini Beijing berupaya membentuk front persatuan guna memaksa Washington mundur.
Tiongkok menolak untuk berunding dengan AS, dengan mengatakan AS tidak tulus dan akan berjuang sampai akhir dalam perang tarif.
Sikap keras China mendorong Trump untuk semakin menaikkan tarif pajak atas impor Tiongkok menjadi 125%. Negeri Tirai Bambu ini pun membalas dengan tarif atas barang-barang AS sebesar 84%, yang mulai berlaku pada hari ini, Kamis (10/4/2025).
Namun Trump pada Rabu (9/4) kemarin mencabut tarifnya pada sebagian besar negara di dunia selama 90 hari. Tapi pencabutan sementara ini tidak berlaku bagi China.
Langkah Trump tampaknya merupakan upaya untuk mempersempit perang dagang antara AS dengan dunia, menjadi hanya antara AS dan Tiongkok.
Baca Juga: Ketegangan Dagang AS-China Meluas ke Dunia Film, Beijing Pertimbangkan Boikot Hollywood
China pun berusaha mencari kawan dengan menjangkau negara-negara lain.
Seperti dikutip dari The Associated Press, sejauh ini Tiongkok berfokus pada Eropa, dengan diadakannya kontak telepon antara Perdana Menteri China Li Qiang dan Presiden Komisi Eropa (UE) Ursula von der Leyen. Keduanya adalah mitra dagang terbesar satu sama lain.
"Tiongkok bersedia bekerja sama dengan Uni Eropa untuk bersama-sama mengimplementasikan konsensus penting yang dicapai oleh para pemimpin Tiongkok dan UE, memperkuat komunikasi dan pertukaran, serta memperdalam perdagangan, investasi, dan kerja sama industri Tiongkok-UE," lapor Kantor Berita resmi Xinhua.
Hal itu diikuti oleh konferensi video antara Menteri Perdagangan China Wang Wentao dan Komisioner Uni Eropa untuk Perdagangan dan Keamanan Ekonomi Šefčović pada Selasa (8/4) lalu untuk membahas "tarif timbal balik" AS.
Wang mengatakan kebijakan tarif tersebut melanggar kepentingan sah semua negara, dan secara serius melanggar aturan WTO.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.