MOSKOW, KOMPAS.TV — Rusia menyatakan telah menembak jatuh 337 drone Ukraina dalam serangan terbesar dalam tiga tahun terakhir. Serangan yang menewaskan satu orang dan melukai beberapa lainnya ini terjadi beberapa jam sebelum delegasi Ukraina bertemu dengan pejabat Amerika Serikat di Arab Saudi untuk membahas upaya mengakhiri perang yang telah berlangsung sejak 2022.
Kementerian Pertahanan Rusia dalam pernyataan resminya, Selasa (11/3/2025), menyebut bahwa serangan drone tersebut melanda 10 wilayah di Rusia, dengan wilayah Kursk menjadi sasaran utama.
Sebanyak 126 drone ditembak jatuh di wilayah tersebut, sementara 91 drone berhasil dijatuhkan di sekitar Moskwa. Wilayah lainnya yang terdampak meliputi Belgorod, Bryansk, Voronezh, Kaluga, Lipetsk, Nizhny Novgorod, Oryol, dan Ryazan.
Baca Juga: AS Sebut Ukraina Siap Penuhi Tuntutan Trump untuk Gencatan Senjata dengan Rusia
Wali Kota Moskwa, Sergei Sobyanin, dilansir dari Associated Press mengatakan lebih dari 70 drone yang menuju ibu kota telah dihancurkan oleh sistem pertahanan udara.
Gubernur Moskwa, Andrei Vorobyov, mengonfirmasi bahwa serangan itu menyebabkan satu orang tewas dan sembilan lainnya mengalami luka-luka.
Beberapa bangunan tempat tinggal serta kendaraan juga mengalami kerusakan. Selain itu, seorang warga dilaporkan terluka dalam serangan di jalan raya wilayah Lipetsk.
Sejumlah bandara utama, termasuk Domodedovo, Vnukovo, Sheremetyevo, dan Zhukovsky di Moskwa, mengalami gangguan operasional akibat serangan ini.
Penerbangan di bandara Yaroslavl dan Nizhny Novgorod juga sempat dibatasi. Lalu lintas kereta di Stasiun Domodedovo dihentikan sementara sebelum akhirnya kembali normal.
Di tengah eskalasi serangan ini, delegasi Ukraina dijadwalkan bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, serta Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz, di Jeddah, Arab Saudi.
Pembicaraan ini diharapkan menjadi langkah diplomasi baru setelah perdebatan yang terjadi dalam pertemuan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih pada 28 Februari lalu.
Dalam pertemuan ini, Ukraina diperkirakan akan mengajukan usulan gencatan senjata yang mencakup wilayah Laut Hitam serta penghentian serangan rudal jarak jauh. Selain itu, isu pertukaran tahanan juga masuk dalam agenda pembahasan.
Menurut dua pejabat senior Ukraina, negara tersebut siap menandatangani perjanjian dengan AS terkait akses terhadap mineral langka yang dimilikinya, sesuatu yang dinilai sangat penting bagi pemerintahan Trump.
Menjelang pertemuan di Jeddah, Rubio menegaskan bahwa delegasi AS tidak akan mengajukan syarat tertentu dalam upaya mencari jalan keluar dari konflik ini.
Terkait perjanjian mineral langka, Rubio menyebut bahwa kesepakatan itu mungkin akan ditandatangani dalam pertemuan tersebut. Namun, ia menegaskan bahwa perjanjian ini bukanlah prasyarat bagi AS dalam melanjutkan diskusi dengan Ukraina maupun Rusia.
“Mungkin lebih masuk akal jika kita meluangkan waktu untuk menegosiasikan rincian kesepakatan ini lebih lanjut,” ujarnya.
Baca Juga: Ukraina Ajukan Gencatan Senjata Terbatas dengan Rusia dalam Pembicaraan dengan AS di Arab Saudi
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.