Selain itu, Korea Utara diduga telah mengirimkan sistem artileri, rudal, dan persenjataan konvensional lainnya untuk memperkuat logistik militer Rusia.
Meski begitu, baik Rusia maupun Korea Utara tidak memberikan konfirmasi resmi mengenai pengerahan pasukan maupun pengiriman senjata ini. Kedua negara tetap menyangkal tuduhan tersebut.
Kerja sama erat ini memicu kekhawatiran di kalangan negara-negara Barat dan sekutunya. Amerika Serikat dan Korea Selatan menduga bahwa Rusia dapat memberikan imbalan berupa teknologi militer canggih kepada Korea Utara.
Teknologi ini meliputi sistem rudal balistik dan perangkat pengawasan berbasis satelit, yang akan memperkuat program nuklir dan ruang angkasa Korea Utara.
Menurut penasihat keamanan nasional Korea Selatan, Shin Wonsik, Rusia bahkan telah memberikan sistem rudal pertahanan udara kepada Korea Utara.
Dalam wawancara dengan SBS TV pekan lalu, Shin juga menyebut adanya indikasi bahwa Rusia memberikan bantuan ekonomi dan teknologi militer lainnya kepada Pyongyang.
Pada Jumat (29/11) kemarin, Belousov juga bertemu dengan Menteri Pertahanan Korea Utara No Kwang Chol dalam pertemuan yang menegaskan kembali pentingnya aliansi strategis kedua negara.
Dalam jamuan makan malam, Belousov menyatakan bahwa kemitraan ini penting untuk melindungi kedaulatan dari agresi dan campur tangan kekuatan imperialisme.
Kerja sama ini diperkokoh dengan perjanjian pertahanan yang ditandatangani Kim Jong Un dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Juni lalu. Perjanjian itu mengatur bantuan militer segera jika salah satu negara diserang.
Baca Juga: Kim Jong-Un Tegaskan Rusia Pantas Membela Diri, Salahkan Ukraina Pakai Rudal Jarak Jauh AS
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.