Kepala wilayah Lviv, Maksym Kozytskyi, melaporkan bahwa sekitar 523.000 pelanggan di daerahnya kehilangan akses listrik.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menanggapi serangan ini dengan mengecam penggunaan bom cluster oleh Rusia yang menargetkan infrastruktur sipil.
Zelensky menyebut langkah tersebut sebagai “eskalasi yang keji” dari taktik teror Rusia.
Baca Juga: Ukraina Sebut Tentara Korea Utara Dukung Rusia Serang Fasilitas Energi, Peringatkan Korea Selatan
“Kami membutuhkan lebih banyak sistem pertahanan udara dari Barat sekarang. Ini sangat penting di musim dingin untuk melindungi infrastruktur kami,” ujar Zelensky melalui pesan Telegram.
Menurut laporan organisasi Cluster Munition Coalition, lebih dari 1.000 warga Ukraina telah menjadi korban bom cluster sejak perang dimulai pada Februari 2022.
Bom-bom tersebut juga menjadi ancaman jangka panjang karena banyak yang tidak meledak saat terkena target, berubah menjadi ranjau darat.
Serangan Rusia terhadap infrastruktur sipil memicu kritik keras dari organisasi internasional. Global Rights Compliance, lembaga hak asasi manusia, menyebut tindakan tersebut sebagai pelanggaran hukum perang.
“Serangan sistematis terhadap infrastruktur energi adalah kejahatan yang dirancang untuk menakuti dan melumpuhkan warga sipil. Pelaku harus dimintai pertanggungjawaban,” ujar Direktur Catriona Murdoch.
Meskipun serangan terus berlanjut, otoritas Ukraina menyatakan bahwa tim teknisi telah mulai melakukan perbaikan di wilayah yang memungkinkan.
“Tim kami bekerja untuk mengembalikan aliran listrik di beberapa wilayah. Pemulihan sementara sudah dimulai di lokasi yang dianggap aman,” kata Kementerian Energi Ukraina.
Baca Juga: Reaksi Dubes Korea Utara di PBB terkait Tentara Kim Jong-Un Bantu Rusia, Ini Jawaban Diplomatisnya
Sumber : Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.