Draf AS akan menuntut agar semua pihak mematuhi hukum internasional yang menuntut perlindungan bagi warga sipil dan "fasilitas sipil," yang meliputi rumah sakit, sekolah, dan rumah.
Draf juga akan menyatakan "kekhawatiran mendalam Dewan terhadap ancaman kelaparan dan epidemi yang diakibatkan oleh konflik yang saat ini dihadapi oleh warga sipil Gaza, jumlah orang yang kekurangan gizi," dan tingkat kelaparan yang "mengerikan."
Dewan akan mengulangi tuntutannya untuk "pengiriman bantuan kemanusiaan yang penuh, segera, aman, berkelanjutan, dan tanpa hambatan dalam skala besar langsung kepada populasi sipil Palestina di seluruh Jalur Gaza." Draf ini mengatakan hal tersebut harus difasilitasi dengan menggunakan semua rute yang tersedia, termasuk perlintasan perbatasan.
Jika resolusi disetujui, itu akan untuk pertama kalinya mengutuk "serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023, serta penyanderaan dan pembunuhan sandera, pembunuhan warga sipil, dan kekerasan seksual termasuk pemerkosaan" dan mengutuk "penggunaannya infrastruktur sipil untuk tujuan militer dan untuk menyandera."
Baca Juga: Dewan Keamanan PBB Besok Voting Resolusi Gencatan Senjata di Gaza, AS Bersumpah Akan Memveto
Ini juga akan menuntut agar Hamas dan kelompok bersenjata lainnya segera memberikan akses kemanusiaan kepada semua sandera yang tersisa.
AS sebenarnya sudah mengedarkan draf awal pada 19 Februari, sehari sebelum memveto resolusi yang didukung secara luas oleh negara-negara Arab yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera dalam perang di Jalur Gaza, dengan alasan akan mengganggu negosiasi tentang kesepakatan untuk membebaskan sandera.
Itu adalah veto ketiga AS terhadap resolusi Dewan Keamanan yang menyerukan gencatan senjata di Gaza, dan membuat pemerintah Presiden Joe Biden berseberangan dengan sebagian besar dunia, termasuk banyak sekutu.
Pembicaraan diplomatik terhenti sejak upaya gagal menghasilkan gencatan senjata sebelum dimulainya bulan suci Muslim Ramadan, batas waktu informal yang berlalu tanpa ada kesepakatan.
Militer Israel hari Rabu mengatakan mereka akan melaksanakan serangan besar-besaran di kota selatan Rafah, tempat 1,4 juta warga Palestina yang terdislokasi mencari perlindungan, dan berencana memindahkan warga sipil ke "pulau-pulau kemanusiaan" di tengah wilayah tersebut.
Sejak 7 Oktober, hampir 32.000 warga Palestina tewas dalam serangan Israel, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, yang tidak membedakan antara warga sipil dan pejuang tetapi mengatakan sekitar dua per tiga korban adalah perempuan dan anak-anak.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.