Kompas TV internasional kompas dunia

Ramadan Pilu Bagi Warga Palestina di Gaza, Biasa Disambut dengan Kemeriahan Kini Suram

Kompas.tv - 11 Maret 2024, 19:14 WIB
ramadan-pilu-bagi-warga-palestina-di-gaza-biasa-disambut-dengan-kemeriahan-kini-suram
Pemakaman massal warga Gaza akibat serangan Israel di Rafah, Jalur Gaza, Kamis, 7 Maret 2024. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Haryo Jati | Editor : Iman Firdaus

GAZA, KOMPAS - Bagi warga Palestina di Gaza, Ramadan 2024 akan dijalani dengan penuh kepiluan.

Serangan dan bombardir Israel di wilayah tersebut membuat kemeriahan dan kebahagiaan bulan suci Ramadan di Gaza semakin menghilang.

Hal itu dirasakan oleh Hanaa Al-Masry, warga Palestina yang dipaksa meninggalkan rumahnya di Khan Younis, 70 hari lalu.

Baca Juga: Cara Kota Frankfurt Sambut Ramadan 2024, Sinari Jalanan Utama dengan Dekorasi Muslim

Ia, suami dan enam anaknya harus bersiap menjalani Ramadan di rumah barunya, sebuah tenda bobrok di lokasi pengungsian.

Di tempat itu, tidak ada dekorasi, tidak ada makan malam keluarga yang menenangkan.

Keluarga Al-Masry kabur dari Khan Younis setelah menerima selebaran dari militer Israel yang mengatakan akan merelokasi mereka ke tempat aman.

Mereka berhasil sampai ke Rafah, yang berbatasan dengan Mesir, dan kini hidup di kamp penampungan yang penih, tidur dan makan di tengah tumpukan harta benda.

“Putri saya biasa menyimpan uang mereka untuk membeli dekorasi, dan setiap tahun saya memiliki lentera Ramadan,” kata Hanaa Al-Masry, 37 tahun dikutip dari The Guardian, Minggu (10/3/2024).

“Kini semua sulit dan membuat depresi,” tambahnya.

Selain tanpa lentera, pada Ramadan kali ini Hanaa juga tak bisa menyiapkan makanan untuk sahur, dan iftar (berbuka).

Kondisi ini pun membuatnya menjadi begitu sedih.

“Saya biasanya menyiapkan makanan dengan keju, selai, kacang-kacangan, dan telur untuk dinikmati keluarga saya sebelum berpuasa, dan sesuatu yang enak saat berbua puasa,” ujarnya.

Kondisi di Rafah sendiri sebenarnya lebih baik dibandingkan Gaza utra, di mana pejabat kesehatan setempat mengatakan adanya 20 kematian karena kelaparan.

Namun, pasokan bahan dasar di Rafah masih kekurangan.

“Saya bukan satu-satunya yang ingin menjunjing adat istiadat kami. Saya dan tetangga dulu menghiasi jalan kami dengan lampu dan lentera, namun sekarang segala sesuatunya suram,” kata Hanaa.

“Jalanan terkena dampak pemboman Israel, dan masyaraat berduka,” sambungnya.


 

Serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober lalu telah membunuh lebih dari 31.000 orang dengan dalih membalas aksi Hamas di selatan wilayah Zionis.

Kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.

Baca Juga: Mencekam Jelang Ramadan, Israel Kerahkan Lebih Banyak Polisi di Masjid Al-Aqsa

Israel sendiri menyalahkan Hamas atas tingginya korban jiwa darei warga Palestina.

Mereka mengatakan kelompok perlawanan Palestina itu menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia.

Hamas sendiri telah membantah tuduhan tersebut.




Sumber : The Guardian




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x