Kondisi ini pun membuatnya menjadi begitu sedih.
“Saya biasanya menyiapkan makanan dengan keju, selai, kacang-kacangan, dan telur untuk dinikmati keluarga saya sebelum berpuasa, dan sesuatu yang enak saat berbua puasa,” ujarnya.
Kondisi di Rafah sendiri sebenarnya lebih baik dibandingkan Gaza utra, di mana pejabat kesehatan setempat mengatakan adanya 20 kematian karena kelaparan.
Namun, pasokan bahan dasar di Rafah masih kekurangan.
“Saya bukan satu-satunya yang ingin menjunjing adat istiadat kami. Saya dan tetangga dulu menghiasi jalan kami dengan lampu dan lentera, namun sekarang segala sesuatunya suram,” kata Hanaa.
“Jalanan terkena dampak pemboman Israel, dan masyaraat berduka,” sambungnya.
Serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober lalu telah membunuh lebih dari 31.000 orang dengan dalih membalas aksi Hamas di selatan wilayah Zionis.
Kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.
Baca Juga: Mencekam Jelang Ramadan, Israel Kerahkan Lebih Banyak Polisi di Masjid Al-Aqsa
Israel sendiri menyalahkan Hamas atas tingginya korban jiwa darei warga Palestina.
Mereka mengatakan kelompok perlawanan Palestina itu menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia.
Hamas sendiri telah membantah tuduhan tersebut.
Sumber : The Guardian
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.