Dikutip dari Al-Jazeera, Rabu (25/10/2023), Oxfam mengungkapkan hanya dua persen makanan yang telah dikirimkan bisa memasuki Gaza sejak sejak blokade total.
Oxfam mengungkapkan sekitar 1-4 truk sehari perlu mengirimkan makanan ke Gaza, untuk mengatasi krisis makanan darurat itu.
“Situasi ini sangat menyeramkan. Di mana rasa kemanusiaan? Jutaan warga sipil dihukum di secara kolektif di depan pandangan dunia, dan taka da pembenaran menggunakan kelaparan sebagai senjata perang,” kata DIrektur Timur Tengah Oxfam, Sally Abi Khalil.
“Pemimpin dunia tak bisa hanya berpangku tangan dan menyaksikannya, mereka memiliki kewajiban untuk beraksi,” ujarnya.
Ia menegaskan situasi di Gaza terus memburuk, dan anak-anak mengalami trauma karena bombardir terus-menerus.
“Mereka meminum air yang tercemar atau sudah dijatah, dan dalam waktu dekat keluarga-keluarga mungkin tidak dapat memberi mereka makanan juga. Berapa banyak lagi penderitaan yang akan dialami warga Gaza?” tutur Khalil.
Baca Juga: Penembakan di Maine AS Tewaskan 22 Orang dan Lukai 60 Orang, Polisi Buru Pelaku
Oxfam pun merujuk pada hukum kemanusiaan internasional, yang melarang kelaparan sebagai metode peperangan.
“Menjadi sangat jelas bahwa situasi kemanusiaan yang terjadi di Gaza sesuai dengan larangan yang dikutuk dalam resolusi tersebut,” ujarnya.
Oxfam juga menyerukan kepada Dewan Keamanan (DK) PBB dan negara anggota untuk mencegah situasi memburuk.
Mereka juga menuntut agar gencatan senjata segera dilakukan sehingga semua makanan, bahan bakar, air dan pasokan medis yang diperlukan bisa terpenuhi.
Sumber : Al-Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.