Peneliti Institut ISEAS-Yusof Ishak Singapura, Le Hong Hiep menilai pengunduran diri Phuc bisa juga terkait dengan persaingan politik di internal partai.
”Ini memang terkait dengan investigasi korupsi. Tetapi, kita tidak bisa mengesampingkan kemungkinan bahwa pesaing politiknya juga ingin mencopotnya dari posisinya (sebagai presiden) karena alasan politik,” katanya.
Baca Juga: Arkeolog Norwegia Temukan Batu Bertulis Alfabet Rune Tertua di Dunia
Sekretaris Jenderal Partai Komunis, Nguyen Phu Trong disinyalir merupakan pesaing politik yang dimaksud. Sebagai orang terkuat di partai, Trong juga dikenal sebagai arsitek gerakan antikorupsi.
Saat ini, Phu Trong tengah menjalani masa jabatan ketiga sebagai Sekjen Partai Komunis Vietnam. Dirinya juga telah mengincar dua mantan menteri dan mantan wali kota Hanoi sebagai tersangka kasus dugaan tindak pidana korupsi.
Menurut Hiep, pencopan dua pejabat tersebut akan membuka jalan kandidat lainnya untuk mengisi jabatan yang ditingalkan oleh Phuc. Menteri keamanan publik saat ini, To Lam disebut sebagai kandidat terkuat menggantikan jabatan Phuc.
Baca Juga: Hilang di Perairan Natuna, ABK asal Kepri Ditemukan Selamat di Vietnam
Meski ada turbulensi politik seperti sekarang ini, situasinya tidak akan berdampak signifikan terhadap arah dan kebijakan negara.
”Di Vietnam, kebijakan dibuat secara kolektif oleh Politbiro. Jadi, menurut saya, pengunduran dirinya (Phuc) tidak akan menyebabkan perubahan kebijakan besar atau masalah apa pun dengan sistem politik,” jelas Hiep.
Seperti diketahui dan pernah diberitakan KOMPAS.TV sebelumnya, Presiden Vietnam Nguyen Xuan Phuc jelang akhir 2022 lalu tepatnya pada 22 Desember pernah melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia.
Phuc langsung diterima dan mendapatkan jamuan kenegaraan oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Kepresiden, Bogor, Jawa Barat.
Sumber : Kompas TV/Harian Kompas/VNA
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.