PRAHA, KOMPAS.TV — Para pemimpin dari 44 negara Eropa yang membentang dari Islandia hingga Turki, Kamis (6/10/2022), melakukan konferensi tingkat tinggi (KTT) dalam apa yang disebut banyak orang sebagai sikap bersatu melawan perang Rusia di Ukraina.
KTT itu digelar ketika krisis energi dan inflasi tinggi yang dipicu oleh konflik itu menimbulkan malapetaka bagi ekonomi negara-negara Eropa.
Seperti dilansir Associated Press, Kamis, KTT perdana Komunitas Politik Eropa itu melibatkan pemimpin 27 negara anggota Uni Eropa, ditambah pemimpin Inggris, Turki, Makedonia Utara, Montenegro, Albania, Serbia, Kosovo.
Kemudian Bosnia dan Herzegovina, Georgia, Ukraina, Moldova, Norwegia, Swiss, Islandia, Liechtenstein, Armenia, dan Azerbaijan. Israel juga dilaporkan bergabung dalam pertemuan Praha.
Rusia adalah satu-satunya kekuatan besar Eropa yang tidak diundang, bersama dengan tetangga dan pendukungnya dalam perang Ukraina, Belarusia.
"Apa yang akan Anda lihat di sini adalah Eropa berdiri dalam solidaritas melawan invasi Rusia di Ukraina," kata Perdana Menteri Islandia Katrin Jakobsdottir kepada wartawan di Kastil Praha di Republik Ceko, tempat pertemuan itu berlangsung.
Rekannya dari Belgia, Alexander De Croo, mengatakan, "jika Anda hanya melihat kehadiran di sini, Anda melihat arti pentingnya. Seluruh benua Eropa ada di sini, kecuali dua negara: Belarusia dan Rusia. Jadi itu menunjukkan betapa terisolasinya kedua negara itu."
KTT tersebut merupakan gagasan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang didukung Kanselir Jerman Olaf Scholz.
Baca Juga: Eropa di Ambang Bencana, Inflasi Mencapai Rekor 10 Persen di 19 negara Uni Eropa yang Gunakan Euro
Mereka mengatakan KTT itu bertujuan meningkatkan keamanan dan kemakmuran ekonomi di seluruh benua. Tetapi KTT itu dibayangi oleh perang, dan berlangsung saat tekanan makin meningkat untuk memungkinkan Ukraina bergabung dengan Uni Eropa.
"Pertemuan ini adalah cara mencari tatanan baru tanpa Rusia. Bukan berarti kami ingin mengecualikan Rusia selamanya, tapi Rusia ini—Rusia-nya Putin—tidak punya kursi."
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan kepada wartawan, "Sayangnya Anda tidak dapat membangun ketertiban dan keamanan tanpa Rusia."
Para kritikus mengeklaim forum baru ini merupakan upaya untuk mengerem perluasan Uni Eropa.
Yang lain khawatir KTT itu mungkin hanya akan menjadi forum bincang-bincang sekali atau dua kali setahun tetapi tanpa pengaruh atau konten nyata.
Dalam pidato saat mengungkap idenya pada Mei lalu, Macron mungkin telah memicu kekhawatiran perluasan.
"Perang di Ukraina dan aspirasi sah rakyatnya, seperti halnya Moldova dan Georgia, untuk bergabung dengan Uni Eropa, mendorong kami untuk memikirkan kembali geografi kami dan organisasi benua kami," katanya.
Baca Juga: Macron: Perlu Berpuluh Tahun bagi Ukraina untuk Masuk Uni Eropa, Bikin Kelompok Baru Saja
Tetapi bahkan dengan curahan dukungan untuk Ukraina dalam bentuk senjata, agar negara itu dapat melawan atau melindungi orang-orang yang melarikan diri, Macron mengatakan, "Kita semua tahu betul bahwa proses yang memungkinkan mereka untuk bergabung, pada kenyataannya akan memakan waktu beberapa tahun, dan kemungkinan besar beberapa dekade."
Apa yang dibutuhkan, kata Macron, adalah "ruang baru untuk kerja sama politik dan keamanan, kerja sama di sektor energi, dalam transportasi, investasi, infrastruktur, pergerakan bebas manusia dan khususnya pemuda kita."
KTT pada Kamis itu akan dimulai dengan upacara pembukaan, diikuti oleh serangkaian pertemuan di mana para pemimpin akan membahas tantangan utama yang dihadapi Eropa: keamanan, energi, iklim, situasi ekonomi yang mengerikan, dan migrasi.
Tidak ada uang atau program Uni Eropa yang ditawarkan, dan tidak ada pernyataan resmi yang akan dikeluarkan setelah KTT.
Seorang pejabat Uni Eropa yang terlibat dalam persiapan KTT tersebut mengatakan, pertemuan itu "tidak menggantikan organisasi, struktur atau proses yang ada dan tidak bertujuan untuk membuat sesuatu yang baru pada tahap ini."
Bukti nilainya mungkin hanya akan diketahui setelah pertemuan puncak kedua diadakan.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.