Selama satu dekade atau lebih, ini bahkan mengalahkan semua efek pemanasan yang disebabkan oleh manusia sejak Revolusi Industri yang dimulai sejak abad ke-18.
Dalam skenario perang nuklir skala terbatas, produksi pangan global akan menurun sebesar 7 persen dalam lima tahun pertama selepas perang.
Kendati angkanya telihat kecil, penurunan 7 persen nyaris setara dengan dua kali lipat dari penurunan produksi makanan terbesar yang tercatat sejak 1961.
Dampaknya, lebih dari 250 juta orang bakal tanpa makanan dalam rentang dua tahun sejak perang nuklir.
Baca Juga: Riset SIPRI: Jumlah Senjata Nuklir Dunia akan Melonjak (I)
"Tidak mengherankan jika perang nuklir dalam skenario terbesar jadi ancaman peradaban, berpotensi membuat lebih dari lima miliar orang kelaparan," tegas Heneghan.
Dalam skenario itu, jika Rusia dan Amerika Serikat meledakkan semua hulu ledak nuklirnya, suhu rata-rata dunia diprediksi turun 10 hingga 15°C sepanjang lima tahun pertama sejak perang berakhir.
Adapun sinar matahari diprediksi meredup 50 hingga 80 persen, yang berimbas pada menurunnya curah hujan hingga lebih dari 50 persen.
Masih dalam skenario yang sama, produksi pangan global dari darat dan laut bakal turun menjadi kurang dari 20 persen dari tingkat sebelum perang. Butuh setidaknya lebih dari satu dekade bagi dunia untuk pulih.
Baca Juga: Asia Tenggara "Dikepung" Negara-Negara Bersenjata Nuklir (II)
Sumber : Kompas TV/The Conversation
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.