“Kami bilang ke presiden, kami tidak bisa pergi karena rekan kami yang terluka perlu dievakuasi lebih dulu. Kami tidak bisa melakukannya, meninggalkan mereka yang terluka di belakang, meninggalkan warga sipil tanpa perlindungan,” kata Palamar.
Hingga berpekan-pekan kemudian, serangan Ukraina untuk menyelamatkan mereka tak kunjung tiba. Kiev menegaskan operasi semacam itu tidak dimungkinkan karena jumlah besar pasukan Rusia di sekitar Mariupol.
Baca Juga: Zelenskyy: Usaha Ukraina Depak Rusia Sudah Maksimal, Tak Ada yang Tahu Kapan Perang Berakhir
Kekecewaan terhadap Kiev pun semakin bertumbuh di kalangan pasukan pertahanan di Azovstal. Mereka mempertanyakan mengapa Rusia hanya butuh empat hari mencapai Mariupol dari Semenanjung Krimea, seolah tak mendapat perlawanan.
Mereka juga mempertanyakan mengapa harus bertempur sendirian selama lebih dari 80 hari, menanti blokade Rusia ditembus pasukan Ukraina dari arah Kiev, sesuatu yang tak kunjung tiba.
“Selama ini, kami mendengar ini dari komando pusat: Kawan-kawan, bertahanlah hingga tanggal tertentu pada bulan Maret,” kata Palamar.
“Kami terus bertahan. Apa yang terjadi selanjutnya? Tidak ada. Lalu bertahanlah hingga suatu hari di bulan April. Kami melakukannya dan tidak ada yang datang menolong.”
“Bertahanlah hingga 1 Mei, 5 Mei, 6 Mei. Kami terus bertahan dan tidak ada yang terjadi, tidak ada aksi militer yang diluncurkan untuk mencapai kami,” lanjutnya.
Zelenskyy sendiri mengaku pemerintah pusat di Kiev melakukan apa pun untuk menyelamatkan pasukan di Azovstal melalui jalur diplomatis. Namun, pasukan Rusia bersikeras menggempur tempat itu karena pasukan pertahanan Ukraina tak mau menyerah.
Satu-satunya hal yang melegakan pasukan pertahanan di Azovstal adalah ratusan warga sipil yang mengungsi di sana telah dievakuasi semuanya. Setelah evakuasi selesai, mereka mengaku siap menghadapi akhir terburuk.
Pasukan pertahanan di Azovstal menganggap menyerah ke Rusia bukanlah pilihan. Mereka, khususnya personel Resimen Azov, yakin bakal disiksa sampai mati jika menyerah ke Rusia.
Daripada menyerah, jika tak kunjung diselamatkan, Kapten Palamar mengaku pasukannya siap bertempur hingga akhir hayat.
“Kami akan terus bertempur selama kami masih hidup,” kata Palamar.
“Tidak ada yang mematahkan semangat kami. Kami berjuang demi rakyat Ukraina dan seluruh dunia yang beradab. Kami paham bahwa jika kami tak berhasil di sini, (Vladimir) Putin akan bertindak lebih jauh,” imbuhnya.
Baca Juga: Rusia Mundur, Pasukan Ukraina Rebut Kembali Wilayah Kharkiv
Meskipun demikian, Palamar mengaku para penjaga Mariupol masih memiliki secercah harapan. Mereka menunggu keajaiban bahwa Rusia bersedia membiarkan mereka pergi dengan kehormatan.
“Kami memprioritaskan hal-hal yang kami lakukan demi negara ini, bukan untuk kami secara pribadi,” kata Palamar.
“Akan tetapi, sebagai wakil komandan, saya meminta dunia, para politikus dan pemimpin opini, untuk mengintervensi dan menekan Putin via organisasi-organisasi internasional tentang evakuasi pasukan pertahanan Mariupol.”
“Ini harus dilakukan secepat mungkin. Kita sedang berbicara tentang hitungan hari dan jam.”
Kapten Palamar menyampaikan permintaan itu pada 14 Mei 2022. Hingga berita ini diturunkan, belum ada evakuasi yang direncanakan ke Azovstal.
Sumber : Kyiv Independent
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.