“Saya tak melihat adanya keuntungan dari perang yang gila ini! Orang tak bersalah dan tentara sekarat,” tulis Tinkov di Instagram dikutip dari BBC.
“Bangun dengan mabuk, para jenderal menyadari bahwa mereka memiliki tentara yang buruk. Dan bagaimana tentara akan menjadi baik, jika segala sesuatu di negara ini buruk dan terperosok nepotisme, penjilatan dan perbudakan,” ujarnya.
Ia pun kemudian menulis dengan bahasa Inggris pada cuitannya yang ditujukan kepada Barat.
“Kepada kolektivitas Barat, tolong beri Putin jalan keluar untuk menyelamatkan mukanya dan menghentikan pembantaian ini. Tolong lebih rasional dan manusiawai,” tulisnya.
Sebelum Rusia menyerang Ukraina pada 24 Februari, kekayaan Tinkov diperkirakan lebih dari 4,4 miliar dolar AS atau setara Rp63 triliun.
Namun Forbes melaporkan pada bulan lalu, Tinkov kehilangan status miliardernya karena saham di bank-nya anjlok.
Baca Juga: Jerman Ngaku Stok Bantuan Militer Menipis dan Enggan Kirim Senjata Berat, Ukraina Kecewa
Pada pernyataannya, Bank Tinkoff mengatakan tak akan berkomentar terkait opini pribadi pendirinya, yang telah mundur sebagai pemimpin pada 2020.
Mereka juga menegaskan bahwa Tinkov sudah tak membuat keputusan terkait perusahaan itu sejak 2006.
Tinkov yang saat ini tak tinggal di Rusia, juga memiliki sekitar 35 persen perusahaan yang berbasis di Siprus, TCS Group Holding.
Tionkov digambarkan sebagai pengusaha serial, yang kariernya berjejer dari balap sepeda, mengimpor elektronik, hingga menjadi pemilik tim balap sepeda, Tinkoff-Saxo.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.