“Dunia tidak bisa diam saja jika menghadapi aksi kriminal seperti ini,” kata Al-Mutawakil.
Sebaliknya, pasukan koalisi justru menyalahkan pemberontak atas serangan mereka sendiri yang membunuhi sipil.
Juru bicara koalisi, Brigjen Turki Al-Maliki menuding Houthi tidak mendaftarkan fasilitas publik sebagai objek yang perlu dilindungi dari serangan udara ke PBB dan Palang Merah Internasional.
Eskalasi konflik sepekan terakhir dilaporkan menjadi yang paling panas sejak pertempuran di Al-Hudaydah pada 2018 silam. Saling balas serangan ini pun terjadi setahun usai mediasi yang diupayakan PBB dan Amerika Serikat.
Bashir Omar, juru bicara Palang Merah Internasional di Yaman, menyebut relawan masih mencari korban di reruntuhan penjara Al-Dhakira. Jumlah korban masih bisa bertambah.
Organisasi Save the Children menyebut penjara itu menahan migran.
“Para migran itu ingin mencari kehidupan lebih baik bagi mereka dan keluarga. Warga sipil Yaman terluka dalam angka puluhan adalah sesuatu yang tidak kita harapkan terjadi di Yaman,” kata Gillian Moyes, direktur Save the Children di Yaman.
Sementara itu, serangan udara di Al-Hudaydah juga dilaporkan menelan korban warga sipil, termasuk anak-anak.
Save the Children menyebut serangan koalisi Arab Saudi tersebut membunuh tiga anak kecil yang sedang bermain sepak bola di lapangan.
Sejak perang antara pemberontak Houthi dan koalisi Arab Saudi meletus pada 2015, pengamat menyebut konflik ini telah menelan korban sekitar 130.000 jiwa, termasuk lebih dari 13.000 warga sipil.
Baca Juga: Perang Yaman akan Makan Korban Jiwa hingga 377.000 Orang pada Akhir Tahun Ini
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.