Baca Juga: Kementerian Luar Negeri Buka Suara Soal Kunjungan Pimpinan Junta Militer Myanmar ke Jakarta
Di Yangon banyak keluarga yang tak jarang melewatkan waktu makan, makan makanan yang kurang bergizi, dan berutang.
Oleh sebabitu, WFP pun berencana memperluas operasinya di Myanmar hingga tiga kali lipat, supaya jumlah orang yang dapat dibantu bisa meningkat menjadi 3,3 juta jiwa.
Krisis yang terjadi Myanmar semakin parah semenjak banyak bank yang macet operasionalnya dan akhirnya menutup kantor-kantor cabangnya.
Baca Juga: Tak Undang NUG, ASEAN Dianggap Belum Menjangkau Aspirasi Masyarakat Myanmar
Dampaknya, roda bisnis tak berputar, menghabat proses pembayaran, dan pelanggan tidak dapat menarik uang tunai.
Hingga banyak orang Myanmar kemudian menggantungkan keberlanjutan hidupnya pada kiriman uang dari kerabatnya yang ada di luar negeri.
Selain itu, sebagian besar kegiatan impor dan ekspor pun telah dihentikan dan pabrik-pabrik ditutup.
Baca Juga: Tembak 2 Warga Sipil, Pasukan Junta Myanmar juga Bobol Kotak Amal Masjid
Bank Dunia memperkirakan, PDB Myanmar akan berkontraksi 10 persen pada 2021, kebalikan dari tren yang sebelumnya positif.
Sebelum kudeta militer, WFP melaporkan bahwa sekitar 2,8 juta orang di Myanmar dianggap rawan pangan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.