JAKARTA, KOMPAS.TV- Salah satu penyebab tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, diduga karena penyelenggara menjual tiket hingga 45.000. Padahal pihak kepolisian hanya merekomendasikan penjualan tiket sebanyak 25.000, untuk menghindari kelebihan kapasitas dan potensi terjadinya kericuhan.
Saat ini penyelidikan terkait insiden tersebut tengah dilakukan. Jika ternyata benar ada penjualan tiket yang melebihi kapasitas stadion, magnet sepak bola sebagai olahraga yang menghasilkan cuan besar pada akhirnya memakan korban hingga ratusan jiwa.
Mungkin bisa dibilang, sepak bola adalah olahraga dengan jumlah penggemar paling banyak dan paling menguntungkan di seluruh dunia. Di Indonesia saja, dampak ekonominya mencapai triliunan rupiah dalam setiap musimnya.
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) pernah merilis data nilai ekonom selama musim kompetisi Liga 1 pada 2019 atau sebelum pandemi.
Dikutip dari laman Indonesia.go.id, Selasa (4/10/2022), LPEM menyebut ada 2,88 juta orang menonton di stadion dan memberikan pemasukan bagi pengelola stadion dan klub antara Rp172 miliar--Rp300 miliar.
Baca Juga: E-commerce Milik Grup Djarum, Blibli.com, Kembali Daftarkan Rencana IPO di BEI
Kemudian ada pendapatan operator angkutan umum dan penjualan bahan bakar yang diterima dari para pendukung saat menyaksikan tim mereka berlaga. Nilainya tercatat minimal Rp85,9 miliar.
Lalu, pendapatan para penjual makanan, minuman, dan pedagang pernik (merchandise) sepak bola yang berjualan di sekitar stadion saat pertandingan digelar. Perputaran uang di sini dalam satu musim kompetisi bisa mencapai angka minimal Rp86 miliar.
LPEM FEB UI juga menyebut sepak bola menghidupi para pegiat usaha UMKM yang memproduksi berbagai merchandise sepak bola, mulai dari penutup kepala, seragam atau jersey kesebelasan, poster pemain idola, hingga bola sepak dan sepatu.
Misalkan saja jika sebuah tim memiliki basis pendukung (fanbase) minimal 200.000 orang dan masing-masing membeli sebuah jersey produksi UMKM bernilai Rp200.000.
Maka ada perputaran uang sebesar Rp40 miliar hanya dari jersey. Dalam satu musim kompetisi Liga 1, ada 18 tim yang ikut serta dan rata-rata mereka memiliki fanbase di atas 200.000 orang.
Tim sekelas Persija Jakarta, Persib Bandung, Persebaya Surabaya, dan Arema Malang diketahui memiliki fanbase di atas 1 juta pendukung yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebanyak 40.000 hingga 60.000 orang pendukung setia tiap klub tadi rutin hadir memenuhi stadion setiap kali laga digelar. Setidaknya para pendukung membelanjakan uang mereka minimal Rp300 miliar hanya untuk kebutuhan merchandise di satu musim kompetisi.
Baca Juga: Kata Pelatih Arema soal Tragedi Kanjuruhan: Saya Hancur Secara Mental, Andai Kami Menang
Adapun nilai sponsorship pada kompetisi 2019 lalu tercatat minimal sebesar Rp180 miliar untuk satu musim. Selanjutnya nilai hak siar kepada stasiun televisi diprediksi ada kisaran Rp177 miliar. Pengelola stasiun televisi bisa ikut mencicipi gurihnya iklan dari tayangan Liga 1 yang besarnya bisa menyentuh angka Rp354 miliar.
Klub-klub juga mendapatkan dana dari sponsor. Persija, Persib, Arema, atau Bali United diketahui mampu menyedot sponsor hingga senilai Rp25 miliar--Rp41 miliar tiap tim dalam satu musim kompetisi.
Memasuki tahun 2020 saat pandemi, kompetisi Liga 1 dihentikan dan baru dimulai pada 27 Agustus 2021, dengan tanpa penonton. Kepala Kajian Iklim Usaha dan Rantai Nilai Global LPEM FEB UI Mohamad Dian Revindo menyatakan, kerugian akibat dihentikannya kompetisi berkisar antara Rp 2,7 hingga Rp 3 triliun dalam satu tahun.
Dampak ekonomi ini menjadi besar karena sepak bola di Indonesia sudah menjadi industri dan menggerakkan kesempatan kerja hingga 24.000 orang.
“Patut dicatat, dampak ekonomi karena kompetisi itu tak hanya berhenti di ekonomi, tapi menghasilkan dampak sosial yang baik bagi anak muda, seperti kesehatan, dan tercurahnya aktivitas untuk hal-hal positif,” kata Revindo dikutip dari laman www.pssi.org.
Baca Juga: Program Kartu Prakerja Lanjut di 2023, Jumlah Bantuannya Naik Jadi Rp4,2 Juta
Pada kompetisi musim 2021-2022 dan musim 2022-2023, kompetisi Liga 1 disponsori oleh bank BUMN BRI. Menteri BUMN Erick Thohir mengapresiasi kinerja BRI yang terus mampu menjadi pilar pendukung bergeliatnya UKM. Ia mengatakan, dalam Liga 1 saja, ada puluhan ribu UKM yang mampu hidup dan berkembang dengan sokongan BRI.
"Ini selaras dengan misi BRI sebagai institusi keuangan yang mendorong dan menumbuhkan UKM. Karena di balik Liga 1 sendiri ada banyak turunan UKM baik yang menjual makanan, merchandise, dan lain sebagainya. Perputaran ekonomi dari UKM ini mencapai Rp 3 triliun," ujar Erick dalam siaran pers, dikutip dari situs resmi Kementerian BUMN.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto menjelaskan latar belakang dan pertimbangan, mengapa BRI kembali menjadi Title Sponsor BRI Liga I musim 2022-2023.
Pertama, dari sisi ekonomi, BRI ingin terus menghidupkan mata rantai ekonomi kerakyatan melalui industri sepak bola nasional.
Baca Juga: Jokowi: Mungkin Sebentar Lagi Kita Nyatakan Pandemi Sudah Berakhir
Ia menyinggung penelitian LPEM FEB UI yang menyebut kompetisi ini dapat menggerakkan perekonomian sebesar Rp 3 triliun. Selain itu, BRI juga menilai Liga 1 adalah sarana promosi yang efektif dan efisien.
“Penyelenggaraan BRI Liga I musim lalu tersebut turut berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi atau PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia pada kuartal I tahun 2022 yang mampu tumbuh 5,01 persen YoY, (year on year/secara tahunan,” ungkapnya.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.