Maulid Nabi: Kisah Bunyi Gemertak di Perut Nabi Muhammad karena Batu Melilit di Perutnya
Beranda islami | 16 Oktober 2021, 10:35 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Mumpung Maulid Nabi, membaca kisahnya (sirah Nabawiyah) adalah salah satu cara terbaik untuk mengenang pelbagai jasa, perjuangan dan kecintaan kita terhadap Nabi Muhammad. Salah satunya adalah kisah ini, sebuah kisah pilu tentang perjuangannya ketika di Mekkah.
Waktu itu Nabi Muhammad sedang menjadi imam salat, para sahabat pun di belakang beliau jadi makmum. Lalu ketika salat, para sahabat ini mendengar bunyi gemertak beberapa kali.
Bunyi itu terjadi seolah-olah sendi-sendi saling bergesekan, para sahabat ini yakin, bunyi itu datangnya dari depan, dari tempat Rasulullah.
Usai salat, para sahabat saling bertanya, namun tidak ada yang berani menanyakan langsung ke Nabi Muhammad. Akhirnya, mereka minta Umar bin Khattab bertanya.
“Wahai Amirul Mukminin, apakah Engkau sakit?”
“Alhamdulillah, Sahabatku. Aku baik-baik saja,” jawab Nabi singkat.
Umar terdiam sejenak, ia melihat wajah Nabi. Umar tidak percaya.
Baca Juga: 3 Amalan Ringan untuk Meneladani Sifat Nabi Muhammad
“Wahai Pemimpin kami. Kami dengar suara-suara gemertak tubuh. Ketika tubuhmu digerakkan, kami mendengar seolah semuanya bergemertak. Apakah betul Engkau tidak sakit?”
Rasulullah pun melihat wajah Umar dan para sahabat cemas. Nabi Muhammad pun mengangkat jubah yang dikenakannya.
Alangkah terkagetnya para sahabat. Mereka semua menangis.
Ternyata, perut Rasul udah kempis dan terdapat batu-batu melilit di perutnya. Batu-batu itu kelihatan dan dililitkan pada sehelai kain dan diikat di perut beliau. Batu-batu kecil itulah yagn ternyata membuat bunyi gemertak setiap Nabi bergerak ketika salat.
“Ya Rasulullah, kenapa engkau tidak berkata kepada kami ‘Aku lapar’ dan tidak memberi tahu bahwa Engkau tidak punya makanan. Ini sungguh dosa buat kami,” sergah sahabat Nabi sambil mengusap air mata.
Nabi Muhammad hanya tersenyum.
“Tidak para sahabat yang kucintai. Aku mengerti, kalian akan melakukan apa pun demi Rasulmu ini. Tetapi, bagaimana aku nanti menghadapkan diri kepada Allah. Aku pemimpin kalian, malah jadi beban bagi Umat?”
Umar bin Khattab dan para sahabat pun kian terisak. Betapa mulia hati beliau, padahal ia pemimpin dan bisa mendapatkan apa pun yang beliau mau.
“Duhai Sahabatku, biarlah rasa lapar ini sebagai hadiah untuk diriku, agar tidak ada kelaparan di dunia ini, apalagi kelaparan kelak di akhirat,” tambah beliau.
Sungguh, betapa mulia hati Nabi. Untuk itulah, mumpung maulid Nabi, anda juga bisa membaca tiga buku sejarah biografi Nabi di bawah ini sebagai hikmah dan meneledani sosok beliau.
Baca Juga: 3 Rekomendasi Buku Biografi Nabi Muhammad, Pas Dibaca di Bulan Maulid
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV