Mesin Pirolisis Pengolah Limbah Plastik Kolaborasi Universitas Yudharta dan BGSKIN
Jawa timur | 7 November 2024, 14:44 WIBPasuruan, Kompas.TV Jawa Timur - Berkomitmen untuk turut mewujudkan lingkungan yang lebih sehat minim timbunan sampah, BGSKIN berkolaborasi dengan Universitas Yudharta Pasuruan, berinovasi membuat mesin pirolisis yang secara spesifik dirancang untuk mengolah limbah plastik.
Melalui program BGSKIN GO GREEN, mesin pirolisis bertujuan sebagai salah satu wadah pengolah limbah sampah plastik dari kemasan produk BGSKIN, termasuk sampah dari sekitar lingkungan kampus Yudharta.
Vonny Afiyah founder dari BGSKIN menyebut Program BGSKIN GO GREEN sendiri merupakan bentuk pertanggungjawaban BGSKIN untuk turut menjaga kelestarian lingkungan melalui pemanfaatan kemasan bekas skincare yang sebelumnya dikumpulkan kembali dari customer.
“Program BGSKIN GO GREEN bukan sekadar program pengelolaan limbah, tetapi juga sebuah langkah untuk mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya menjaga keberlanjutan lingkungan. Kami berharap program ini dapat memberikan dampak positif yang luas, tidak hanya untuk lingkungan, tetapi juga bagi masyarakat yang terlibat langsung dalam proses ini,” ungkap Vonny. Kamis (7-11-2024)
Mesin pirolisis ini juga digunakan oleh Mahasiswa Teknik Industri Universitas Yudharta Pasuruan, sebagai media penelitian dan inovasi pengolahan sampah plastik. Mesin pirolisis ini hadir sebagai mesin pengolahan sampah plastik berkapasitas 100 kg yang pertama di Jawa Timur.
Cara kerja mesin ini yakni dengan cara, memanaskan limbah plastik hingga suhu tinggi untuk kemudian menghasilkan produk cair seperti bensin dan solar. Dengan daya tampung yang besar, mesin pirolisis ini mampu mengolah hingga 100 kg sampah plastik yang akan menghasilkan kurang lebih 100 liter bensin atau solar dan 11 kg residu karbon hitam. Hasil bahan bakar dari olahan tersebut juga telah dinyatakan lolos uji Laboratorium Pertamina.
Bahan bakar yang dihasilkan dari limbah plastik yang diolah oleh mahasiswa Teknik Industri di Universitas Yudharta ini selanjutnya akan dimanfaatkan untuk kendaraan dan kebutuhan internal lain di kampus. Sementara itu, residu karbon hitam akan diolah kembali menjadi beberapa produk yang bisa dipakai kembali, seperti tempat tisu, tatakan gelas, tempat bolpoin dan berbagai produk bermanfaat lainnya.
Penulis : Wahyu-Anggana
Sumber : Kompas TV