Fakta-Fakta Santri Tewas di Kediri: 4 Senior Jadi Tersangka hingga Pesan Terakhir Minta Dijemput
Jawa timur | 27 Februari 2024, 16:20 WIBKEDIRI, KOMPAS.TV - Seorang santri Pondok Pesantren (Ponpes) Al Hanifiyah, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur berinisial BBM (14) meninggal dunia pada Jumat (23/2/2024), diduga dianiaya sesama santri.
Santri asal Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi ini dipulangkan oleh pihak ponpes dalam keadaan tak bernyawa.
Pengurus pondok pesantren yang mengantar jenazah sempat menyatakan korban tewas karena terpeleset.
Namun, pihak keluarga pun menaruh curiga. Pasalnya, terdapat luka lebam pada tubuh korban.
Sebab itu, pihak keluarga melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Glenmore pada Sabtu (24/2) untuk mengetahui penyebab kematian korban.
Berikut sederet fakta tewasnya santri di Kediri:
1. Empat Santri Jadi Tersangka
Menindaklanjuti laporan keluarga korban, pihak kepolisian melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) serta pemeriksaan sejumlah saksi.
Setelah dilakukan serangkaian penyelidikan dan penyidikan, polisi kemudian menetapkan empat orang sebagai tersangka. Keempatnya merupakan senior korban.
"Sejak kasus ini dilaporkan ke Polsek Glenmore, 24 Februari, hasil koordinasi Satreskrim Polres Banyuwangi dan Kediri Kota, kami telah melaksanakan tindak lanjut berupa olah TKP, juga memeriksa beberapa saksi," kata Kapolres Kediri Kota Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Bramastyo Priaji, Senin (26/2).
"Minggu (25/2/2024) malam kami telah menahan empat orang dan kami tetapkan mereka sebagai tersangka,” sambungnya.
Keempat tersangka tersebut yakni MN (18), santri kelas XI asal Sidoarjo; MA (18), santri kelas XII asal Nganjuk; AF (16), santri asal Denpasar; dan AK (17), santri asal Surabaya. Keempat tersangka tersebut juga telah ditahan.
Keempat tersangka dijerat Pasal 80 Ayat 3 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2022 tentang Perlindungan Anak, Pasal 170 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tentang penggunaan kekerasan terhadap orang atau barang, serta Pasal 351 KUHP tentang tindak pidana yang dilakukan secara berulang yang mengakibatkan kematian.
Baca Juga: Tega Setrika Temannya, Santri di Malang Jadi Tersangka Penganiayaan
2. Dipicu Kesalahpahaman
Adapun motif para tersangka, Kapolres Kediri Kota AKBP Bramastyo Priaji menyebut, berdasarkan pemeriksaan sementara, dugaan penganiayaan tersebut dikarenakan adanya kesalahpahaman di antara para santri.
”Karena ada kesalahpahaman di antara mereka, kemudian terjadi penganiayaan yang dilakukan berulang-ulang,” ujarnya.
Meski demikian, kata dia, penyidik masih mendalami lebih lanjut terkait motif tersebut.
Sementara itu, mengenai detail tindak kekerasan yang dilakukan terhadap korban, polisi masih mendalami dengan menggali keterangan dari saksi-saksi, baik yang ada di lingkungan pesantren maupun dokter yang memeriksa jenazah korban di Banyuwangi.
Terkait lokasi penganiayaan, Bramastyo menyebut, terjadi dugaan penganiayaan tersebut terjadi di lingkungan pesantren.
3. Ponpes Mengaku Tak Tahu soal Penganiayaan
Pihak ponpes juga telah buka suara terkait kematian santrinya yang diduga karena penganiayaan oleh sesama santri tersebut.
Pengasuh pesantren Al Hanifiyah, Fatihunada mengaku pihaknya tidak mengetahui terkait dugaan penganiayaan yang menyebabkan santrinya meninggal dunia.
Pasalnya, menurut keterangannya, pihaknya hanya menerima laporan dari pengurus bahwa korban meninggal akibat terpeleset di kamar mandi.
"Saya dikabari (kondisi) sudah meninggal. Dapat laporan itu karena jatuh terpeleset di kamar mandi,” kata Fatihunada yang kerap dipanggil Gus Fatih, Senin (26/2).
Ia pun tidak menyangka jika santrinya tersebut meninggal karena penganiayaan yang dilakukan oleh rekan sesama santri.
"(Perihal penganiayaan) tidak tahu sama sekali. Jadi di luar prediksi saya dugaan semacam itu. Lha wong dari awal bilangnya terpeleset,” lanjut dia.
Usai mendengar kabar tersebut, ia dan sejumlah pengurus lain membantu pemulangan jenazah.
4. Luka di Tubuh Korban
Pihak kepolisian telah melakukan visum terhadap jenazah santri BBM yang diduga dianiaya rekan sesama santrinya tersebut.
Visum dilakukan di RSUD Banyuwangi dengan didampingi pihak kepolisian. Adapun terhadap korban hanya dilakukan visum luar karena pihak keluarga menolak autopsi.
Kasatreskrim Polresta Banyuwangi Kompol Andrew Vega menyebut, hasilnya, ditemukan sejumlah luka pada jenazah korban
"Benar ada luka," kata Andrew, Senin (26/2), dikutip dari Tribun Jatim.
Namun, pihaknya belum dapat menyimpulkan penyebab luka tersebut. Pasalnya, pendalaman kasus ditangani Polres Kediri.
5. Korban Sempat Minta Dijemput
Sekitar satu minggu sebelum tewas, santri BBM sempat meminta dijemput orang tuanya. Permintaan tersebut disampaikannya melalui pesan Whatsapp (WA) kepada sang ibu, Suyanti (38).
Kepada sang ibu, korban mengaku ketakutan saat berada di pondok pesantren.
"Sini jemput bintang. Cepat ma ke sini. Aku takut ma, maaaa tolonggh. Sini cpettt jemput," kata korban yang disampaikan melalui tulisan pesan WA kepada sang ibu, sekitar seminggu sebelum tewas, dikutip pada Senin (26/2/2024) sore.
Menurut Suyanti, sang anak menyampaikan keinginan untuk pulang ke Banyuwangi sejak Senin (19/2/2024). Bahkan, korban sempat melakukan video call.
Meski demikian, buah hatinya itu tak menjelaskan dengan detail alasan mengapa ingin dijemput orangtuanya. Tapi sempat mengeluh sakit.
"Dia minta dijemput. Tak tanya alasannya kenapa, ndak disebutkan. Intinya minta dijemput, gitu," ungkap Suyanti, Senin.
Menanggapi pesan sang anak, Suyanti hanya memintanya bersabar untuk bertahan hingga bulan Ramadan. Mengingat, posisinya saat itu sedang berada di Bali untuk bekerja.
Ia pun meminta Bintang sang putra untuk membaca Al-Qur'an dan melaporkan kepada pengasuh pondok jika terjadi apa-apa.
"Terus ketika mau saya jemput sehari setelahnya, katanya tidak usah. Sudah enak dan nyaman begitu katanya," jelasnya, dikutip dari Kompas.com.
Ia pun mengaku tak menyangka jika anak bungsunya tersebut meninggal dunia di Ponpes.
Baca Juga: Wanita yang Tewas Membusuk dalam Kos di Tambora Diduga Dibunuh, Polisi Tangkap Terduga Pelaku
Penulis : Isnaya Helmi Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV/Kompas.id/Kompas.com/Tribun Jatim.