Gelar Aksi di Kantor Gubernur Ganjar Pranowo, Ini Makna 27 Kendi yang Dibawa Warga Desa Wadas
Peristiwa | 6 Juni 2022, 21:00 WIBSEMARANG, KOMPAS.TV - Ratusan warga Desa Wadas, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, kembali menggelar aksi, pada Senin (6/6/2022).
Kali ini, mereka membawa 27 kendi.
Rombongan tersebut berbondong-bondong mendatangi Kantor Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Kota Semarang, Jateng.
Sebanyak 27 kendi itu memiliki makna tersendiri, yakni simbol kritikan mereka terhadap rencana pembukaan tambang batu andesit di Desa Wadas.
Menurut Sana Ulaili, selaku pendamping warga Desa Wadas, penambangan itu dapat mengancam keberadaan 27 mata air di sana.
Baca Juga: Dapat Ganti Rugi Rp6,5 Miliar, Warga Wadas Ini Tetap Setia Cari Barang Rongsok
"Kendi yang kami bawa mencerminkan sumber mata air yang ada di Desa Wadas," ungkap Sana, saat ditemui di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah, Senin.
Bagi warga Desa Wadas, lanjut Sana, sumber-sumber mata air tersebut memegang peranan penting dalam kehidupan mereka.
Tak hanya untuk mandi, cuci, dan memasak, puluhan mata air itu juga bermanfaat dalam mengairi lahan pertanian warga setempat.
Jadi, dapat disebutkan bahwa kehidupan warga Desa Wadas memang sangat bergantung pada sumber-sumber mata air itu.
"Kendi-kendi ini menjadi simbol penghormatan warga Desa Wadas terhadap sumber air yang merupakan elemen penting bagi kehidupan dan elemen privat bagi perempuannya," jelas Sana.
Baca Juga: Jadi Penceramah di UGM, Ganjar Pranowo Disambut Aksi Solidaritas untuk Warga Wadas
Sehingga, melalui aksi hari ini, warga Desa Wadas berharap Ganjar Pranowo dapat segera membatalkan rencana penambangan di daerahnya.
"Kami datang untuk kesekian kalinya agar didengar," uajr Sana, menegaskan penolakan rencana penambangan di Desa Wadas.
Sana mengklaim, sampai saat ini masih ada ribuan warga Desa Wadas yang menolak rencana penambangan tersebut.
"Namun, hari ini kami tak meminta Ganjar membuat pernyataan (saja). Karena, selama ini tak ada manfaatnya (pernyataan-pernyataan yang sebelumnya)," pungkasnya.
Penulis : Aryo Sumbogo Editor : Deni-Muliya
Sumber : Kompas.com