> >

Psikolog UGM Ungkap Penyebab Orang Mudah Marah di Tengah Pandemi Covid-19

Sosial | 20 Mei 2021, 17:29 WIB
Ilustrasi orang marah-marah. (Sumber: Pixabay)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Akhir-akhir ini sering sekali rekaman orang-orang marah beredar dan menjadi viral.

Orang marah karena terjaring razia di penyekatan, orang marah karena barang pesanannya tidak sesuai dengan ekspektasi, dan sebagainya.

Menurut psikolog UGM, Diana Setiyawati, masyarakat menjadi lebih sensitif di tengah pandemi Covid-19.

Kelelahan akibat pandemi membuat manusia menjadi irasional. 

Terlebih, dengan adanya pembatasan mobilitas yang membuat gerak manusia sebagai makhluk sosial untuk terhubung secara langsung semakin terbatas.

Ia mencontohkan orang yang marah saat terjaring razia di pos penyekatan karena sedang berada dalam fase kekecewaan.

Fase ini menjadi salah satu respons psikologis bencana.

“Penuh dengan kekecewaan dan tanda tanya kapan pandemi akan berakhir,” ujarnya, Rabu (19/5/2021).

Dosen sekaligus Peneliti Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM ini menyebutkan, terdapat beberapa fase dalam respon psikologi bencana.

Pertama, predisaster yaitu situasi normal belum terjadi bencana.

Baca Juga: Kalam Hati - Menghadapi Orang Marah

Kedua, impact atau inventory yakni saat bencana terjadi mosi yang muncul adalah kebingungan, ketakutan, kehilangan. 

Kemudian merasa bertanggung jawab untuk melakukan sesuatu yang lebih.

Ketiga, fase heroik yakni saat orang rasa terpanggil melakukan aksi heroik untuk membantu dan menyelamatkan orang lain.

Keempat, fase honeymoon. Biasanya terjadi sekitar tiga bulan awal bencana dengan harapan tinggi untuk segera pulih dari bencana.

Kelima, fase disillusionment. Setelah bencana berlangsung beberapa saat orang merasakan kekecewaan karena pandemi yang tidak selesai-selesai dan merasa kecewa akan kondisi yang ada.

Keenam, fase kekecewaan akan membuat emosi orang mudah naik turun.

Kondisi ini bisa terjadi jika ada situasi pemicu, salah satunya seperti larangan tidak boleh mudik. Terakhir, fase rekonstruksi.

Diana pun berharap masyarakat Indonesia bisa segera memasuki fase ini dengan situasi pandemi Covid-19 yang terkendali.

Baca Juga: Tersenyum Saat Dicegat, Epy Kusnandar: Saya Nggak Punya Kekuatan Marah-marah, Dibawa Enjoy Aja

Ia tidak menampik, untuk mengatasi kekecewaan di masyarakat akibat pandemi Covid-19 bukan hal yang mudah.

Penyelesaian tidak cukup dilakukan pada level mikro dengan melakukan manajemen emosi melalui peningkatan spiritualitas dan literasi terkait kondisi pandemi ke masyarakat, melainkan juga di tingkat makro melalui penetapan kebijakan pemerintah.

“Orang marah karena secara ekonomi kesulitan, tapi tidak mudah bagi Indonesia yang merupakan negara besar memenuhi kebutuhan masyarakat, jadi yang perlu dilakukan saat ini gotong royong untuk saling meringankan beban,” ucapnya.

Penulis : Switzy Sabandar Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU