> >

Piala Dunia 1990: Kala Maradona Membelah Italia Jadi Dua

Kompas sport | 7 September 2022, 09:42 WIB
Leganda timnas Argentina, Diego Maradona. (Sumber: diegomaradona,com)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Piala Dunia 1990 meninggalkan kisah pilu bagi Timnas Italia. Lebih luas, untuk masyarakat Italia. 

Sebagai tuan rumah turnamen, Timnas Italia memiliki segala materi untuk menjadi juara. 

Gli Azzurri yang digawangi oleh kiper Walter Zenga dan bek tangguh macam Franco Baresi, sanggup melaju ke semifinal dengan catatan sempurna. Gawang mereka tak pernah kebobolan. 

Untuk lini serang, ada sosok Salvatore Schillaci yang memborong 60 persen gol Italia di Piala Dunia edisi ini. Schillaci keluar menjadi top skor kompetisi dengan catatan 6 gol.

Belum lagi ada bintang muda Roberto Baggio, Paolo Maldini, Roberto Donadoni, hingga Gianluca Vialli. 

Namun, mereka harus bertekuk lutut di hadapan Argentina yang diperkuat Diego Maradona. 

Baca Juga: Dari Unta hingga Gurita, Berikut Deretan Hewan yang Ikut Prediksikan Hasil Pertandingan Piala Dunia

Italia yang Terbelah Dua

Mundur beberapa tahun ke belakang. Klub menengah Italia di bagian selatan, Napoli membuat dunia terkejut. Pada 1984, Maradona dibeli Napoli dari Barcelona dengan status pemain termahal di dunia. 

Kedatangan Maradona membuat penduduk Naples gembira bukan main. Seolah-olah, mereka mendapatkan mukjizat yang dapat mengangkat derajat masyarakat Naples. 

Harapan rakyat Naples terkabulkan. Maradona membantu Napoli mendapatkan dua gelar Liga Italia plus satu Piala UEFA. Napoli berhasil memutus dominasi tim-tim utara. 

Kesuksesan Maradona membawa Napoli juara menjadi berita gembira terbaik yang pernah dirasakan warga Naples yang kerap dipinggirkan. 

Bermodal kecintaan warga Naples itu, Maradona meminta mereka untuk mendukung Argentina di semifinal Piala Dunia 1990 kontra Italia. 

Kebetulan, pertandingan tersebut digelar di Stadion San Paolo, markas besar Napoli. 

Dalam konferensi pers jelang laga, Maradona mulai memecah belah Italia. Dirinya mencitrakan bahwa warga Naples bukan bagian dari Italia.

Baca Juga: Kisah Tragis Moacir Barbosa, Kalah di Piala Dunia 1950, Dicap Kambing Hitam Brasil Seumur Hidup

"Tampaknya, sekarang adalah waktu yang nyaman bagi seluruh Italia untuk mengingat Napoli," kata Maradona, dilansir dari Chicago Tribune

"Kok bisa, dalam 364 hari lain selaman satu tahun, Naples dan bagian selatan Italia seolah terhapuskan atau dilupakan, dan menganggap mereka udik."  

"Sekarang mereka ingat fans ini adalah orang Italia, karena mereka sedang membutuhkannya untuk memberi semangat ke tim nasional," lanjut Maradona. 

Tiba akhirnya di hari H semifinal Piala Dunia 1990. Italia bersuka cita lebih dulu lewat gol cepat Schillaci pada menit 17. Keunggulan tersebut bertahan selama 50 menit.

Walter Zenga mengingat betapa tegangnya pertandingan tersebut. 

"Hal terpenting di pikiran kami adalah, jangan kebobolan, jangan kebobolan. Jika kami tidak kebobolan, kami akan ke final, tapi secara tidak sadar, kami mulai berpikir jika kebobolan, kami tidak akan ke sana," ingat Zenga melansir The National. 

Ketangguhan lini belakang Gli Azzurri selama turnamen akhirnya jebol juga. Zenga akhirnya memungut bola dari gawangnya dari gol Claudio Cannigia menit ke-67. 

Baca Juga: Piala Dunia 1994 - Kesengsaraan Roberto Baggio di Rose Bowl

Usai bertarung sengit pada sisa waktu yang ada hingga dua kali babak tambahan, perebutan tiket final harus berlanjut ke babak adu tos-tosan. 

Ketiga penendang pertama Argentina dan Italia sukses menceploskan bola ke gawang. Tetapi, Roberto Donadoni sebagai eksekutor keempat Gli Azzurri, gagal menaklukkan kiper Argentina Sergio Goycochea. 

Seperti halnya cerita yang diracik sempurna, Maradona maju sebagai penendang keempat Argentina. Bola masuk ke gawang Zenga dan Argentina ke final untuk kedua kalinya secara beruntun. 

Dalam autobiografinya berjudul El Diego, Maradona menuliskan: "Ketika saya menginjak lapangan, 3 Juli, satu hal yang saya dengar adalah tepuk tangan." 

"Saya membaca seluruh spanduik:'Diego di hati kami, Italia dalam lagu kebangsaan kami', 'Maradona, Naples mencintaimu namun Italia adalah rumah kami." 

"Untuk pertama kalinya di Piala Dunia itu, lagu kebangsaan Argentina mendapat sambutan tepuk tangan dari awal sampai akhir. Bagi saya, itu sudah sebuah kemenangan. Saya tergerak: ini adalah orang-orang saya," sambungnya. 

Baca Juga: Piala Dunia 2022 di Depan Mata, Simak Megahnya 8 Stadion Qatar yang Jadi Venue Pertandingan

Dalam wawancaranya bersama The National, Walter Zenga menganggap perkataan Maradona dalam konferensi pers jelang semifinal itu sangat sukses. 

"Itu (perkataan Maradona) memengaruhi kami. Sulit dijelaskan dengan kata. Seluruh Stadion Olimpico (Roma), tidak peduli mereka pendukung Juventus, Inter, Roma, atau Inter, mereka tetap memberikan dukungan total selama 90 menit," ingat Zenga. 

"Lalu kami tiba di Naples, Maradona mengatakan beberapa hal dan atmosfer langsung berubah. Kami tidak bisa menggunakan itu sebagai alasan kalah dari Argentina, tetapi rasanya memang berbeda. Itu mengejutkan kami, tetapi bukan penyebab kami kalah," tandasnya. 

Meskipun melangkah ke final, Argentina harus mengubur mimpi menjadi juara Piala Dunia dua kali beruntun macam Timnas Brasil 1958-1962. Di partai puncak, Argentina kalah 0-1 dari Jerman Barat. 

Penulis : Gilang Romadhan Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/The National/Chicago Tribune


TERBARU