Cara Aman Melihat Gerhana Matahari Siang Ini, Jangan Coba Pakai Film X-ray dan Air!
Berita kompas tv | 21 Juni 2020, 12:36 WIBKOMPAS.TV - Fenomena alam Gerhana Matahari Cincin (GMC) akan bisa disaksikan di sejumlah wilayah di Indonesia siang ini, Minggu (21/6/2020).
Karena fenomena GMC jarang terjadi, banyak masyarakat antusias ingin melihatnya. Berbagai peralatan pun dipersiapkan.
Entah itu peralatan yang sengaja dibeli atau dibuat sendiri menggunakan bahan yang ada.
Baca Juga: Jangan Ketinggalan! Hari Ini Gerhana Matahari dari Aceh sampai Papua Dimulai Pukul 13.16 WIB
Nah, sebelum Anda melihat GMC, ada beberapa hal yang perlu diketahui dan dilakukan untuk menikmati fenomena ini secara aman.
Pertama yang harus diingat, Anda tidak boleh menyaksikan fenomena GMC secara langsung dengan mata telanjang atau tanpa alat bantu optik.
"Ini karena Matahari masih sangat menyilaukan dan paparan sinar Matahari yang terlalu banyak secara langsung ke mata akan menyebabkan kerusakan permanen," kata astronom amatir Marufin Sudibyo dikutip dari Kompas.com, Sabtu (20/6/2020).
Saat kita mengamati gerhana Matahari, otomatis mata akan tertuju langsung ke arah sang surya.
Ditegaskan Marufin, prinsip dasar melihat Matahari yang aman bagi mata manusia adalah jika intensitas Matahari yang masuk ke mata adalah maksimun 1 per 50.000 bagian sinar Matahari.
Dengan prinsip itu, maka ada dua cara untuk melihatnya, yakni:
1. Gunakan Filter Matahari
Filter Matahari yang bisa Anda gunakan bisa juga berbentuk kacamata Matahari.
Di mana jenis filter yang diperbolehkan adalah filter Neutral Density 5 (ND5), yang hanya bisa melewatkan 1 per 100.000 bagian sinar Matahari.
2. Kacamata Pengelas
Jika Anda tidak memiliki filter Matahari terutama ND5 yang paling disarankan tersebut, Anda bisa menggunakan kacamata pengelas atau welder glass, bernomor minimal 14.
Kacamata ini biasanya sering digunakan oleh mereka yang bekerja pada bagian pengelasan.
Baca Juga: Gerhana Matahari 21 Juni 2020 Bisa Disaksikan di 31 Provinsi Indonesia, Ini Daftarnya
Tak Disarankan
Sementara itu, yang perlu diperhatikan, ada beberapa alat yang mungkin kita anggap aman untuk melihat GMC, namun ternyata tidak aman dan tidak disarankan.
Berikut beberapa cara populer melihat Gerhana Matahari yang tidak aman dan tidak boleh dilakukan lagi menurut astronom amatir Marufin Sudibyo.
1. Pantulan dengan Air
Sebagian masyarakat melihat pantulan sinar Matahari lewat bantuan air.
Sebagai contoh, air yang ditempatkan dalam wadah diletakkan di bawah Matahari. Nah kemudian dari air itu kita melihat pantulan Matahari.
Marufin menegaskan bahwa cara ini sebaiknya tidak digunakan lagi.
"Sebab intensitas sinar Matahari yang terpantulkan masih sebesar 1 per 50 bagian," kata Marufin dikutip dari Kompas.com, Sabtu (20/6/2020).
2. Dengan Film X-ray atau Filter Fotografi
Mungkin Anda pernah melihat orang-orang berbondong membeli atau membuat alat untuk melihat Gerhana Matahari ini dari berbagai benda selain kacamata filter Matahari.
Bahan lain yang digunakan bisa berupa disket atau floppy disk, compact disk, film X-ray atau gambar hasil rontgen, hingga filter fotrograpi yang netral.
Jika Anda menggunakan bahan tersebut untuk melihat gerhana matahari, itu tidak aman untuk mata dan tidak dianjurkan.
"Karena itu intensitas sinar Matahari yang diteruskan masih jauh di atas nilai ambang batas aman," ujar dia.
Prinsip dasar melihat Matahari yang aman bagi mata manusia adalah jika intensitas Matahari yang masuk ke mata adalah maksimun 1 per 50.000 bagian dari sinar Matahari.
Untuk itu yang paling aman mengamati Gerhana Matahari ini adalah dengan menggunakan filter Matahari Neutral Density 5 (ND5) dan kacamata pengelas.
Baca Juga: 21 Juni Gerhana Matahari Cincin di Indonesia, Catat Waktunya!
Gerhana Matahari di Indonesia
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gerhana matahari akan melewati 31 provinsi dan 432 kota/kabupaten di Indonesia.
Namun, masyarakat di daerah tersebut hanya bisa menikmatinya berupa Gerhana Matahari sebagian. Paling awal bisa disaksikan di Sabang, Aceh, pada pukul 13.16 WIB.
Sedangkan kota yang waktu mulai gerhananya paling akhir yakni Kepanjen, Jawa Timur, pada pukul 15.19 WIB. Adapun, untuk waktu puncak gerhana juga akan disaksikan pada waktu yang berbeda.
Wilayah yang akan mengalami waktu saat puncak gerhana paling awal adalah Kota Sabang, Aceh, pada pukul 14.34 WIB.
Sedangkan Kota Agats, Papua, akan menjadi kota yang mengalami waktu puncak paling akhir pada pukul 17.37 WIT.
Sementara ada 8 daerah yang tidak dapat menyaksikan fenomena menarik ini, yakni:
- Dua kota di Bengkulu
- Tujuh kota di Lampung
- 10 Kota di Jawa Tengah
- Tujuh kota di Jawa Timur
- Semua kota di Jawa Barat, kecuali Indramayu
- Banten
- DKI Jakarta
- DI Yogyakarta
Wilayah yang disebutkan tidak akan melihat penampakan GMC ini karena nilai magnitudo gerhananya kurang dari 0.
"Karena itu seluruh fase gerhana di kota-kota ini tidak akan teramati sehingga data kontak awal, puncak gerhana, dan kontak akhirnya tidak ditampilkan pada lampiran (data GMC BMKG)," dikutip dalam keterangan resmi BMKG.
Gerhana matahari cincin terjadi ketika Bulan berada segaris dengan Bumi dan Matahari, serta Bulan berada pada titik apogee (terjauh).
Piringan bulan akan tampak lebih kecil dibanding piringan matahari, hingga tidak menutupi seluruhnya.
Kerucut umbra tidak sampai ke permukaan Bumi dan akan terbentuk kerucut tambahan yang disebut antumbra.
"Pengamat yang berada dalam wilayah antumbra akan melihat Matahari tampak seperti 'cincin' di langit. Inilah yang disebut gerhana matahari cincin (GMC)," tulis siaran pers LAPAN.
Baca Juga: Gerhana Matahari Cincin Tak Terlihat di Sebagian Jawa Tengah
Penulis : fadhilah
Sumber : Kompas TV