Aiman Dan Isu Kiamat 2022
Aiman | 3 Juni 2020, 18:51 WIBAwalnya tersiar kabar, lebih dari 50 warga di Ponorogo, Jawa Timur yang eksodus menuju ke Malang untuk mempersiapkan diri dari hari Kiamat. Belakangan, jumlahnya bertambah. Total, ada ratusan warga melakukan hal yang sama! Menyelamatkan diri menjelang hari Kiamat, yang dipercaya akan jatuh pada Tahun 2022 atau lebih cepat!
Saya sempat mengunjungi mereka di pertengahan tahun 2019 lalu. Laporan nya, sudah ditayangkan dalam program AIMAN, di KompasTV. Disana, saya menemukan fenomena unik. Banyak warga di sebuah desa di Ponorogo, Jawa Timur, tak hanya eksodus, tapi juga punya potensi mengalami gejolak sosial. Hampir seluruhnya menjual rumah mereka dengan harga miring. Ada yang 20 juta, 25 hingga termahal 35 juta rupiah. Padahal harga normalnya, di wilayah itu masih ratusan juta rupiah.
Fenomena yang sama juga terjadi di Mojokerto, Jombang, dan yang terbanyak lainnya terjadi di Jember, Jawa Timur. Tak hanya rumah, seluruh harta benda mereka juga dijual. Bahkan ijazah dan uang tak lagi dibutuhkan, “tak laku lagi”kata salah satu dari mereka.
Aiman Datangi Salah Satunya
Saya mengunjungi, salah satu daerah di Mojokerto. Saat tiba di salah satu rumah warga, saya langsung disambut tangisan panjang, seorang nenek yang ditinggal pergi dua cucu kembarnya yang masih Balita. Bersama orang tua nya yang bernama Zainuddin, mereka mengungsi ke sebuah pondok pesantren di Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Saya melihat pula rumah miliknya yang sudah dijual. Luasnya sekitar 100 meter persegi, harga normalnya Rp 150 juta, tetapi dilepas kilat dengan harga kurang dari seperempatnya, Rp 35 Juta saja. Keluarga Zainuddin melepaskan seluruh harta bendanya, tak tersisa. Kini mereka semua tinggal di Pondok Pesantren Kasembon di Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Perjalanan Saya, Menguak Fenomena Berlanjut Ke Kasembon
Tak berhenti di sini, saya mencoba menembus perjalanan dari Mojokerto menuju ke perbatasan Kediri dan Malang, Jawa Timur. Persis di kaki Gunung Arjuno, saya pun berhasil menemukan pondok pesantren dan bertemu dengan pimpinan tertingginya, Muhammad Romli alias Gus Romli. Kebetulan saat saya tiba, ibadah shalat Dzuhur hendak dilakukan. Ada perbedaan dengan umat Islam pada umumnya, mereka menentukan waktu shalat masih dengan cara menghitung kedudukan jam matahari alias Istiwa, seperti yang dilakukan pada zaman Rasulullah SAW, sebelum ditemukannya satuan waktu jam dan turunannya, yang ditemukan pada abad ke-16.
Jika Shalat Dzuhur, jatuh pada pukul 11.50 WIB di lokasi ini, berdasarkan Ijma (kesepakatan) Ulama yang dikukuhkan oleh Ditjen Bimas Islam, Kementerian Agama. Disini, mereka baru mengumandangkan adzan pada sekitar pukul 12.30 WIB, alias 40 menit lebih lambat, karena berdasarkan perhitungan jam matahari, baru tiba waktu Dzuhur, menurut mereka berdasarkan perhitungan Istiwa (kedudukan) Matahari.
Sebelum shalat berjamaah, saya sempatkan untuk bertanya kepada beberapa dari mereka. Apa yang saya dapatkan? Ternyata mereka tak hanya berasal dari Jawa Timur saja, ada yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Barat, hingga kawasan Jabodetabek. Ada pula bahkan yang sempat mengatakan berasal dari sejumlah provinsi di Pulau Sumatra, yakni dari Lampung, Sumatra Selatan, Bengkulu, dan Jambi.
Namun tidak semua dari mereka menjual rumah dan harta bendanya. Sebagian memang meninggalkan rumah mereka dan berniat untuk selamanya berada di Pondok Pesantren ini, menyambut rangkaian peristiwa kiamat, sambil mendekatkan diri kepada Tuhan.
Ini Kata Pimpinan Pesantren Persiapan Hari Akhir
Saya tanyakan kepada Gus Romli, apa yang menjadi dasar keyakinan mereka, bahwa kiamat akan segera terjadi? Ia menampik bahwa kiamat yang dituju, sembari meluruskan bahwa yang akan terjadi adalah rangkaian kejadian akhir zaman yang disebut dengan Dukhon. Dukhon menurut Gus Romli adalah, meteor jatuh yang menghantam bumi dan membuat kerusakan parah bagi seluruh manusia. Kecuali pada orang-orang yang bertakwa, yang akan terkena hanya mirip penyakit influenza saja. Ciri utama seperti yang disebutkan dalam Hadits yang disebutkan Gus Romli, adalah keringnya Danau Tiberias di Israel!
Danau Tiberias dan Huru-Hara Metor
Saat ini kondisi Danau Tiberias atau Danau Galilea yang memiliki posisi dekat dataran tinggi Golan, belumlah kering sepenuhnya, meski memang terus menyusut volume air tawarnya. Saya mengutip dari surat kabar ternama di Israel, Haaretz.
https://www.haaretz.com/israel-news/.premium.MAGAZINE-it-s-no-longer-that-hard-to-
walk-on-water-in-the-sea-of-galilee-1.6465791
Menurut Gus Romli, berdasarkan hitung-hitungannya dalam waktu 3 tahun ke depan, yakni tahun 2022, Danau Tiberias akan segera kering dan ini artinya Dukhon akan segera terjadi. Lalu pertanyaan saya, bagaimana bila kejadian yang disebutkan Romli tidak terjadi, sementara para santrinya sudah menjual rumah dan seluruh harta bendanya, yang bakal memunculkan gejolak sosial yang cukup besar?
Muhammad Romli mengatakan, bahwa mereka akan tetap berada di pesantrennya, dan justru ia yang akan membantu kehidupan para santrinya bukan sebaliknya, “wong (mobil) Pajero saya saja sudah saya jual, tanah saya saya relakan mereka bangun tempat tinggal di sana, jadi bukan saya yang meminta-minta ke santri” ujar Muhammad Romli.
Sebelumnya Kapolres Batu, Malang Jawa Timur, sempat berkunjung ke Ponpes milik Romli. Kapolres Malang saat itu, AKBP Budi Hermanto menyatakan, tidak ada tindak pidana yang terjadi di sana. Sementara Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indarparawansa yang juga Ketua Muslimat Nahdhatul Ulama (NU), tengah meminta jajaran dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat mendalami apa yang terjadi, termasuk adanya indikasi motif ekonomi dalam hal ini.
Ancaman Gejolak Sosial
Lepas dari kontroversi ini, memang potensi gejolak sosial pada tahun-tahun berikutnya, saat ratusan santri beserta keluarganya kembali dan mereka tak menemukan rangkaian kejadian akhir zaman. Mereka kembali dengan harta benda yang seluruhnya telah dijual. Sebuah hal yang mesti diantisipasi oleh keluarga dan pemerintah setempat. Meski di luar semua itu, memang tak ada satupun makhluk termasuk manusia yang lepas dari pemberian rezeki-Nya.
Termasuk kiamat yang pasti akan datang. Tetapi, hanya Tuhan yang maha berilmu yang mengetahuinya, tanpa satu orang pun tahu, bahkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam pun, saat ditanya Malaikat Jibril dalam sebuah Hadits shahih “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?” lalu Nabi menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.” (Aiman Witjaksono)
Penulis : Zaki-Amrullah
Sumber : Kompas TV