Perjanjian Renville 17 Januari 1948: Begini Latar Belakang dan Isinya
Peristiwa | 17 Januari 2024, 04:00 WIB
Amerika Serikat menyediakan pertemuan antara Indonesia dan Belanda di kapal perang Renville. Dalam pertemuan tersebut, Perdana Menteri Amir Sjarifuddin mewakili Indonesia, sementara Gubernur Jenderal Van Mook mewakili Belanda.
Baca Juga: 10 Januari Sebagai Peringatan Hari Gerakan Satu Juta Pohon, Ini Sejarah dan Manfaatnya
Hasil Perundingan Renville
Berikut hasil yang didapat dari perundingan di atas Kapal Renville, berdasarkan Arsip Nasional Republik Indonesia:
- Pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan segera;
- Republik Indonesia merupakan negara bagian dalam RIS;
- Belanda tetap menguasai seliruh Indonesia sampai RIS terbentuk;
- Wilayah Indonesia yang diakui Belanda hanya Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sumatera;
- Wilayah kekuasaan Indonesalia dan Belanda dibatasi garis demarkasi yang disebut Van Mook. TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah pendudukan di Jawa Barat dan Jawa Timur;
- Uni Indonesia - Belanda dikepalai oleh Raja Belanda akan dibentuk;
- Referendum untuk menentukan nasib wilayah di dalam RIS akan diadakan;
- Pemilihan umum untuk membentuk Dewan Konstituante RIS akan diadakan.
Baca Juga: 19 September, Memperingati Peristiwa Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato Surabaya
Kemudian pada 17 Januari 1948, Perdana Menteri Amir Sjarifuddin menandatangani naskah perundingan tersebut, yang kemudian dikenal sebagai Perjanjian Renville.
Tidak hanya Perjanjian Linggarjati yang dikhianati, tetapi Belanda juga mengkhianati Perjanjian Renville dengan melakukan serangan ke Ibu Kota Indonesia yang saat itu terletak di Yogyakarta. Serangan ini dikenal sebagai Agresi Militer Belanda II.
Penulis : Almarani Anantar Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas.com