Kenang Satu Tahun Wafatnya Buya Syafii, Maarif Institute Gelar Memorial Lecture
Peristiwa | 27 Oktober 2023, 05:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Maarif Institute menggelar kegiatan Syafii Maarif Memorial Lecture (SMML) yang kedua dengan tema, Agama, Politik dan Hak Asasi Manusia: Refleksi atas Kontribusi Syafii Maarif pada Keberagaman Indonesia.
Dalam penyelenggaraan Memorial Lecture ini, Maarif Institute bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII).
Acara ini digelar untuk mengenang satu tahun wafatnya Ahmad Syafii Maarif atau akrab disapa Buya Syafii Maarif.
Ketua Yayasan Ahmad Syafii Maarif, Rizal Sukma mengungkapkan sosok guru bangsa seperti Buya Syafii bukan hanya sekadar dikenang setiap tahunnya, tetapi mesti dilanjutkan pemikiran-pemikirannya.
“Buya sosok sederhana dalam penampilan, egaliter dalam hubungan sosial, dan sangat kaya ilmu pengetahuan. Beliau selama hidupnya tak kenal lelah mencintai Indonesia," kata Rizal saat memberikan sambutan dalam acara tersebut.
"Dalam situasi politik hari ini, meneladani sikap moral Buya Syafii menjadi sangat relevan. Tanpa moralitas yang tak henti disuarakan Buya Syafii, politik menjadi hampa dan tak bermakna” sambungnya.
Wakil Rektor UIII Bidang Kerjasama, Riset dan Kelembagaan, Jamhari Makruf dalam sambutannya juga mengatakan bahwa Buya Syafii selama hidupnya didedikasikan untuk kepentingan umat dan bangsa.
Buya, lanjut dia seorang muazin yang selalu memerhatikan kondisi bangsa yang dicintainya. Sikap seperti itu, menurutnya dipertahankan Buya sampai akhir hidupnya dengan sepenuh hati dan pikiran.
“Buya seorang muslim yang inklusif, plural, dan bermoral. Dengan menjadi seorang muslim yang inklusif dibarengi dengan intelektual, maka tak heran jika pemikiran Buya Syafii melintasi batas teritorial," ucap Jamhari.
"Hal itu menjadikan Buya bukan sekadar sebagai sosok intelektual muslim yang melintasi batas agama dan teritorial, tetapi sikap hidupnya menjadi teladan baik untuk anak-anak bangsa," imbuhnya.
Lebih lanjut, ia menyebut Kegiatan Memorial Lecture ini menegaskan bahwa bukan hanya terkait melanjutkan pemikiran-pemikiran Buya Syafii, tetapi juga melanjutkan dan meneladani sikap hidupnya yang sederhana.
Baca Juga: Mewarisi Legacy Buya Syafii Maarif: dari Keislaman, Keindonesiaan hingga Kemanusiaan
Sementara itu, Sejarawan Politik dari Australia National University- ANU, Greg Fealy yang turut hadir dalam acara tersebut menyatakan meski tak mengenal Buya Syafii dengan dekat, namun secara personal, ia telah mengikuti perjalanan karirnya secara mendalam.
Terutama, kata Greg, pada momen-momen penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia manakala isu agama dan politik sedang menjadi perdebatan.
Ia pun menilai Buya Syafii bukan hanya seorang intelektual semata-mata namun juga mantan jurnalis yang memahami menulis di media adalah soal untuk mendapatkan impact dan hal ini membutuhkan bahasa dan metafora yang gamblang.
Lebih jauh, Greg, memotret ketokohan Buya Syafii sebagai tokoh yang konsisten dalam menerapkan prinsip-prinsipnya, lebih sistematis dan tekun dalam intelektualismenya, dan lebih bergairah dalam mengecam para pemimpin politik dan agama yang menjadi pelaku kesalahan.
Ia menyatakan Indonesia, dan bahkan setiap negara, membutuhkan sosok seperti Buya Syafii yang merupakan lentera perjuangan etika, kerendahan hati pribadi, dan kekuatan karakter dalam menghadapi kesulitan yang besar.
“Kita menghargai dan menghormati kenangan terhadap Pak Syafii dan semua yang telah beliau lakukannya untuk menjadikan Indonesia dan dunia menjadi tempat yang lebih baik”, jelasnya.
Seperti diketahui, Cendekiawan Muslim sekaligus mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Buya Syafii Maarif meninggal dunia, pada Jumat (27/5/2022) lalu.
Buya Syafii, bukan hanya dikenal sebagai seorang cendekiawan, guru bangsa dengan kepribadian yang humanis, tetapi juga dikenal sebagai seorang sejarawan yang kritis.
Pemikiran-pemikirannya tentang isu-isu keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan, telah membuka pintu gerbang cakrawala keilmuan bagi para penerus bangsa.
Baca Juga: Maarif Institute Gelar Wirid Kebangsaan, Mengenang dan Merawat Pemikiran Buya Syafii
Penulis : Isnaya Helmi Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV