Analis Bilang Wacana Menduetkan Prabowo dan Ganjar Muncul saat Elektabilitas Anies Baswedan Melejit
Rumah pemilu | 23 Maret 2023, 00:21 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Wacana memasangkan Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) RI 2024 muncul saat elektabilitas Anies Baswedan melejit.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi berpendapat, wacana menduetkan atau menggabungkan Prabowo dan Ganjar masih terlalu dini.
Ide atau wacana untuk memasangkan keduanya di Pilpres 2024 menurut Burhanuddin pertama kali muncul pada November 2022, saat hasil survei sejumlah lembaga menunjukkan bahwa elektabilitas mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan melejit.
“Kalau menurut saya, terlalu dini untuk digabungkan (Prabowo-Ganjar),” tuturnya dalam Satu Meja The Forum, Kompas TV, Rabu (22/3/2023).
“Nah, ide munculnya menggabungkan antara Ganjar dan Pak Prabowo atau sebaliknya, Pak Prabowo dan Ganjar, itu munculnya Bulan November 2022, ketika surveinya Anies Baswedan itu melejit nomor dua dan mengancam Ganjar Pranowo di peringkat pertama.”
Baca Juga: Deputi Pemenangan Demokrat Mempersoalkan Pernyataan Kepala BIN Ihwal Aura Prabowo dan Jokowi
Namun, lanjut dia, belakangan ini hasil survei sejumlah lembaga, termasuk Indikator Politik Indonesia dan Litbang Kompas, menunjukkan bahwa elektabilitas Anies mengalami penurunan tajam.
Bahkan, kata dia, beberapa ahli menyebut elektabilitasnya kempes.
“Menunjukkan Anies Baswedan mengalami penurunan yang cukup tajam, bahkan beberapa ahli menyebutnya kempes.”
“Saat yang sama, Pak Prabowo naik, dan naiknya Pak Prabowo salah satunya adalah mulai mengalirnya pendukung Pak Jokowi ke Pak Prabowo Subianto,” ucapnya.
Jika hasil survei tetap menunjukkan bahwa elektabilitas Prabowo menguat dan Ganjar Pranowo juga masih stabil di peringkat pertama atau kedua, agenda menduetkan keduanya bakal jadi opsi terakhir.
“Ketika misalnya Anies Baswedan dianggap mengancam.”
“Tapi kalau misalnya Anies Baswedan tidak terlalu mengancam, yang masuk putaran kedua antara Pak Ganjar dan Pak Prabowo,” tuturnya.
Dalam dialog itu, Burhanuddin juga menyebut bahwa saat ini tugas analis politik makin mudah, karena aktor politik yang bersangkutan tidak sekadar melempar kode tapi juga melempar statement yang sangat terang benderang.
Penjelasan itu disampaikan saat Budiman Tanuredjo, pembawa acara Satu Meja The Forum, menanyakan analisisnya soal pertemuan antara Jokowi dengan Megawati Soekarnoputri.
“Misalnya, Pak Jokowi secara terbuka ketika ditanya media mengakui pembicaraan dengan Ibu Mega itu membicarakan 2024, kemudian membicarakan masukan dan data dari Pak Jokowi terkait siapa pemimpin nasional yang bisa melanjutkan tradisi politik di 2024.”
“Saat yang sama, Mas Sekjen (PDIP), Pak Hasto Kristiyanto, dalam wawancara dengan media juga secara terang benderang mengatakan, 2024 itu dispakati mereka yang bisa melanjutkan legacy Pak Jokowi, jangan sampai seperti di Jakarta,” urainya.
Sebelumnya Kompas.TV memberitakan, Jokowi dan Megawati bertemu di Istana Merdeka, Jakarta, pada Sabtu (18/3/2023) kemarin.
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan, pertemuan tersebut untuk membahas berbagai persoalan bangsa yang sedang terjadi.
Baca Juga: Momen Prabowo Geleng-geleng Ketika Disebut Dapat Sebagian Aura Presiden Jokowi
"Pertemuan kedua pemimpin membahas berbagai persoalan bangsa, termasuk membangun kesepahaman terhadap arah masa depan," kata Hasto dalam keterangan tertulis.
Hasto juga mengungkapkan kedua tokoh tersebut membicarakan agenda strategis terkait kebijakan luar negeri dan tantangan geopolitik serta bagaimana agar penguasaan ilmu pengetahuan, riset dan inovasi bisa ditingkatkan serta mewujudkan kedaulatan pangan.
Terakhir, Hasto menambahkan bahwa pertemuan itu turut pula membahas hal yang paling krusial di tahun politik yaitu pelaksanaan Pemilu.
"Dalam pertemuan tersebut tentu saja dibahas berbagai hal penting terkait dengan pelaksanaan Pemilu 2024," ujarnya.
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV