Ahli Kriminologi soal Richard Berani Tembak Yosua: yang Perintah Sambo, Pangkatnya Sangat Tinggi
Hukum | 19 Desember 2022, 17:29 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Ahli Krimonologi dari Universitas Indonesia Muhammad Mustofa menilai pangkat rendah Richard Eliezer Pudihang Lumiu tidak memungkinkan untuk menolak perintah Ferdy Sambo yang berpangkat jenderal.
Pernyataan itu disampaikan Muhammad Mustofa menjawab pertanyaan jaksa perihal Ricky Rizal Wibowo yang berani menolak perintah Ferdy Sambo untuk menembak Yosua, ketimbang Richard Eliezer dalam sidang lanjutan pembunuhan berencana Brigadir Pol Nofriansyah Yosua Hutabarat di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (19/12/20222).
“Berdasarkan ilustrasi tadi dan berdasarkan kronologi yang diberikan penyidik kepada saya, saya melihat di sana memang terjadi perencanaan,” kata Mustofa.
“Dan kemudian kenapa Richard bersedia melakukan karena di dalam posisi hubungan kerja itu dia paling bawah, bhayangkara dua itu kan pangkat paling rendah, sementara yang memerintahkan amat sangat tinggi,”
Baca Juga: Ahli Kriminologi di Sidang Ferdy Sambo Cs: Ciri Pelaku Pembunuhan Berencana Biasanya Hilangkan Jejak
Selain berpangkat paling rendah, lanjut Mustofa, bisa jadi di antara ajudan atau orang yang bekerja dengan Ferdy Sambo, Richard Eliezer paling baru.
“Sehingga melakukan penolakan menjadi lebih kecil, apalagi dia masih baru menjadi anggota polisi, takut akan kehilangan pekerjaan dan seterusnya itu barangkali yang lebih berpengaruh dan memang ada perencanaan,” ujar Mustofa.
Bicara soal perencanaan pembunuhan, Mustofa pun mengatakan ada aktor intelektual yang berperan dalam pembunuhan Yosua.
Dalam kasus pembunuhan berencana Yosua, Mustofa pun menilai aktor intelektualnya adalah Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi.
“Di dalam perencanaan (pembunuhan) itu pasti ada aktor intelektualnya yang berperan dalam mengatur,” kata Muhammad Mustofa.
Baca Juga: Pengamat Prediksi Sambo Tak akan Dihukum Mati, Bongkar Track Record 3 Hakim hingga PN Jaksel
Aktor intelektual tersebut, sambung Mustofa, berperan agar pembunuhan berencana yang dilakukannya tidak teridentifikasi.
“Dia akan melakukan pembagian kerja, membuat skenario, apa yang harus dilakukan oleh siapa, mulai dari eksekusi sampai tindak lanjut peristiwa itu,” ujar Muhammad Mustofa.
“Agar peristiwa itu tidak teridentifikasi sebagai peristiwa pembunuhan berencana dan itu, perencanaan tadi, terlihat sekali di dalam kronologi.”
Sementara, lanjut Mustofa, terdakwa lain dalam kasus pembunuhan berencana Yosua adalah dengan posisi hanya diikutsertakan karena bawahan.
“Sehingga kemungkinan untuk menolak juga menjadi kecil, apalagi barangkali juga karena sudah bekerja lama, hubungan emosional seperti saudara juga bisa terbangun, sehingga itu juga lebih mendorong untuk ikut melakukan,” jelas Mustofa.
Baca Juga: Ahli Forensik: Tembakan di Kepala Belakang Sisi Kiri Timbulkan Kematian Yosua Seketika
Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV