Haedar nashir Beberkan 7 Agenda Muhammadiyah 5 Tahun ke Depan, Termasuk Penguatan Islam Berkemajuan
Agama | 19 November 2022, 20:12 WIBSOLO, KOMPAS.TV - Penguatan dan penyebarluasan pandangan Islam berkemajuan merupakan satu dari tujuh agenda yang perlu digarap oleh Persyarikatan Muhammadiyah dalam lima tahun ke depan.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menjelaskan, tujuh agenda yang perlu digarap oleh Persyarikatan dalam lima tahun ke depan agar Muhammadiyah dapat menjadi “leader” atau kekuatan strategis yang berpengaruh dalam memimpin masa depan umat dan bangsa.
Penguatan dan penyebarluasan pandangan Islam berkemajuan merupakan salah satunya.
Sebagai organisasi sosial-keagamaan dan bukan parpol, warga dan pimpinan Muhammadiyah selayaknya tidak disibukkan pada isu-isu yang bukan bidangnya seperti isu politik.
Sebaliknya, mereka dianggap perlu lebih menyibukkan diri pada isu-isu diniyyah atau keagamaan untuk membimbing umat sembari menghambat adanya pengerasan ideologi Islamisme yang cenderung reaktif, ekslusif, dan ekstrim.
“Muhammadiyah penting hadir secara aktif dalam menyebarluaskan dan menawarkan orientasi religius Islam yang di satu pihak dapat menjadi obat penawar kehausan beragama di tubuh umat yang benar secara akidah dan ibadah tetapi juga mampu membimbing umat dalam akhlak dan muamalah yang dinamis, mencerahkan, dan berkemajuan,” pesan Haedar, dikutip dari keterangan tertulis di laman Muhammadiyah.
Baca Juga: Begini Cara Muktamar Muhammadiyah Seleksi Calon Pengurus Periode 2022-2027
Ia berharap, pandangan kosmopolitanisme Islam Muhammadiyah yang berwawasan universal dan global, mampu menjadi pandangan umat agar terhindar dari pribumisasi Islam yang cenderung lokal dan chauvinis.
Termasuk terhindar dari disrupsi akibat revolusi sains yang nampaknya berhadap-hadapan dengan agama.
“Di sinilah pentingnya penguatan dan penyebarluasan pandangan Islam berkemajuan dalam membimbing paham dan praktik keagamaan umat dan masyarakat luas,” ujar Haedar.
Agenda lain adalah peneguhan paham keislaman dan ideologi Muhammadiyah, yang dianggap penting karena selama ini masih banyak kader dan anggota yang tidak sejalan dengan ideologi Persyarikatan.
“Sejumlah kasus orang luar menumpang di organisasi Muhammadiyah kemudian beperkara secara hukum dan lain-lain karena paham Islam dan pemikirannya bertentangan dengan Muhammadiyah. Termasuk anggota, kader, dan pimpinan yang hanya berpikir sendiri dan merasa sudah sejalan dengan Muhammadiyah, padahal sejatinya tidak sejalan,” ungkap Haedar.
Hal-hal seperti ini ke depan diharapkan tidak terjadi lagi. Internalisasi ideologi Muhammadiyah menurutnya harus kuat dilakukan secara sistemik dan menjadi prioritas setiap pimpinan Muhammadiyah dari Pusat hingga Ranting.
Ketiga, memperkuat dan memperluas basis umat di akar-rumput.
Ia menjelaskan, sejak masa Kiai Ahmad Dahlan, komunitas menjadi nyawa Muhammadiyah di desa maupun kota dengan masjid dan ranting sebagai pusat gerakannya.
Muhammadiyah pun telah merumuskan panduan lewat strategi Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ) (1968), Dakwah Kultural (2002) dan Dakwah Komunitas (2015).
Haedar berharap semangat kerumunan ini dihidupkan kembali untuk membesarkan dakwah dan amal usaha Muhammadiyah.
“Pemetaan dan reaktualisasi gerakan sangatlah penting untuk mengakselerasikan penyebarluasan pandangan dan perwujudan Islam Berkemajuan, sekaligus menghadirkan dakwah dan tajdid Muhammadiyah yang aktual-kontekstual,” jelasnya.
Keempat, mengembangkan AUM unggulan dan kekuatan ekonomi.
Dijelaskan, sebagai ciri Muhammadiyah, amal usaha dianggap perlu membangun peta jalan untuk memajukan keunggulan dan kualitas setiap AUM.
Muhammadiyah diharapkan menjadi pelaku yang turun ke lapangan dan bukan sekadar menjadi pengamat dalam bidang ekonomi.
Baca Juga: Daftar Berbagai Tokoh Penting Indonesia yang Hadir di Muktamar ke-48 Muhammadiyah
Kelima, berdakwah bagi milenial, generasi Z dan generasi Alpha.
Jumlah ketiga generasi tersebut dalam piramida penduduk Indonesia sangat tinggi, menurut Sensus Penduduk Indonesia tahun 2020 total 173,48 juta jiwa atau 64,69% dari total penduduk.
Muhammadiyah penting hadir di tengah komunitas tiga generasi baru itu dengan pendekatan baru, terutama lewat Angkatan Muda.
Keenam, reformasi kaderisasi dan diaspora kader ke berbagai lingkungan dan bidang kehidupan.
Muhammadiyah, kata dia, saat ini berfastabiqul-khairat dengan berbagai pihak dalam mengisi ruang struktur dan ekosistem kehidupan dengan menempatkan kader-kadernya yang berintegritas dan berkeahlian tinggi di berbagai aspek kehidupan.
Haedar menganggap perlu adanya reformasi kaderisasi Muhammadiyah untuk mempersiapkan diaspora kader di berbagai struktur dan lingkungan di luar maupun ke dalam, sehingga gerakan Islam ini mengalami perluasan melalui peran para kadernya.
Ketujuh, digitalisasi dan intensitas internasionalisasi Muhammadiyah.
Digitalisasi,kata dia, merupakan proses yang niscaya bagi Muhammadiyah saat ini dan ke depan.
Proses digitalisasi juga menjadi penting satu paket dengan gerakan literasi Muhammadiyah untuk mencerdaskan, memajukan, dan mencerahkan kehidupan umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta.
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV