Kisah Raden Adipati Aria Nagara, Anak Angkat Pelukis Raden Saleh yang Jadi Bupati Bandung
Sosok | 22 September 2022, 05:30 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Pelukis Raden Saleh pernah memiliki seorang anak angkat bernama Aria Nagara. Anak angkat ini, berasal dari keluarga bangsawan Bandung pasangan Juragan Anom dan Nyai Raden Tejamirah.
Perkenalan dengan sang pelukis, ketika Raden Saleh berkunjung ke Sumedang dan diterima secara hangat oleh keluarga Patih Sumedang, Pangeran Sugih (paman dari Aria Nagara). Saat itu Aria baru berusia 12 tahun tak lama setela dikhitan.
Dikutip dari Intisari Januari 1987, dengan menukil dari otobiografi Aria Nagara (Babad Raden Adipati Aria Nagara Regent Bandoeng) yang diterbitkan pada 1923 di Bandung, dikisahkan Raden Saleh disambut layaknya menyambut bupati, dengan berbagai upacara.
Raden Saleh menginap di sana selama 15 hari. Rupanya, Aria Nagara bersama sepupunya Durahim ditawarkan agar dididik oleh Raden Saleh.
Raden Saleh setuju dan membawa kedua anak bangsawan ini ke Batavia untuk tinggal bersama di rumahnya, di Gunungsari, di tepi Sungai Ciliwung.
Saat tiba di Batavia, mereka terpesona dengan kekayaan sang pelukis.
"Istrinya orang Eropa, Ny. Winkel Hagen, yaitu janda pemilik tanah Gemolak dekat Semarang. Isterinya itu terkenal sangat kaya," kata Aria.
Baca Juga: Film Mencuri Raden Saleh Tembus 1,5 Juta Penonton dalam 12 Hari
Di Jakarta, isteri Raden Saleh super sibuk karena harus mengurus pabrik batik, pabrik minyak wangi dan toko emas.
"Di sana dipekerjakan lebih dari tiga puluh pengrajin untuk membuat cincin, liontin, jepit rambut dan pelbagai perhiasan lain," ujar Aria.
Aria dan Durahim kemudian dikirim ke Semarang, untuk masuk ke Sekolah Jawa.
"Kelak kalian bisa dipekerjakan oleh pemerintah di daerah Sunda maupun Jawa," nasihat Raden Saleh kepada kedua anak angkatnya.
Mereka pun berlayang ke Semarang menggunakan bargas "al Noor" selama enam hari.
Dua tahun setelah sekolah, Raden Saleh meminta mereka kembali ke Batavia. Kali ini Raden Saleh sudah pindah rumah ke Cikini (kini Rumah sakit Cikini).
Pada 1860, Aria Nagara memulai karir membantu pamannya di kantor bupati Sumedang. Baru pada 1862 dia menjadi guru dengan gaji 10 gulden sebulan.
Semenjak itu karirnya terus menanjak. Sebagai anak bangsawan dan memiliki pendidikan di Sekolah Jawa di Semarang, Aria Nagara pun mendapatkan banyak tugas.
Setelah menjadi wedana di Sumedang pada 1869 kemudian menjadi patih, maka pada 29 Juni 1893
Aria Nagara diangkat menjadi Bupati Bandung.
Saat menjadi Bupati Bandung inilah, kota kembang mulai berkembang. Industri kanji berbahan singkong mulai meningkat, dua toko terbesar, Toko De Vries dan Toko Liem, berdiri. Bandung menjadi kota tempat orang-orang Belanda plesiran dan turis mancanegara mulai berdatangan.
Salah satunya, dikunjungi oleh Raja Siam (Chulalangkorn II atau Raja Rama V) dari Thailand pada 1901. Kala itu, Raja Siam dan putranya tinggal dua bulan di Bandung untuk tetirah. Pengiring mereka seorang jenderal, seorang admiral dan beberapa pejabat yang menginap di Hotel Homann.
Raja Siam menganugerahkan bintang kepada Adipati Aria Nagara. Peninggalan sang raja juga tertera dalam sebuah prasasti di Taman Hutan Raya Juanda, Dago, Bandung.
Atas berbagai prestasinya, Adipatia Aria Nagara mendapatkan bintang emas pada 1900 dan pada 1903 untuk kedua kalinya mendapat gelar Aria dan tahun 1906 mendapat gelar Adipati. Dengan begitu dia berhak memakai payung emas.
Baca Juga: Sebelum Nonton Film ‘Mencuri Raden Saleh’, Mari Mengenal Raden Saleh sang Maestro Lukis
Setelah berkarir selama 25 tahun 4 bulan, pada 14 Oktober 1918 dia pensiun dan berhak mendapatkan uang pensiun sebanyak 400 gulden sebulan ditambah tunjangan 160 gulden.
Penulis : Iman Firdaus Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV, Intisari