> >

Kisah Ardian Hafidz, Anak Kuli Bangunan yang Jadi Rebutan Kampus di Kanada hingga Australia

Sosial | 15 Mei 2022, 20:46 WIB
Sosok Adrian Hafidz, lulusan SMA yang jadi rebutan sejumlah universitas di luar negeri. Ayah Hafidz, Mardiyono tampak berfoto dengan potret anaknya. (Sumber: Tribun Solo)

BOYOLALI, KOMPAS.TV - Nama Ardian Hafidz Annafi tengah menjadi perbincangan setelah mendapatkan tawaran dari tujuh kampus kenamaan di luar negeri. Kuliah siswa SMA Pradita Dirgantara, Boyolali tersebut akan dibiayai langsung oleh Kemendikbudristek.

Sebanyak tujuh kampus yang tersebar di Kanada, Selandia Baru, dan Australia meliriknya. Kampus-kampus yang siap menerimanya adalah University of Toronto, University of British Columbia, dan The University of Western Australia.

Kemudian Wageningen University, University of Otago dan Curtin University, dan Victoria University of Wellington.

Dalam laporan Tribun Solo, Minggu (15/5/2022) ayah Hafidz, Mardiyono (48) merupakan tukang bangunan. Sementara ibunya, Yuni Puji Astuti (43) membuka usaha laundry di rumah.

Keduanya antusias, tak bisa membendung air matanya ketika mengisahkan bagaimana anaknya bisa menerima tawaran dari tujuh kampus luar negeri.

Yuni mengatakan mendapatkan informasi anaknya diterima di universitas luar negeri dari grup WhatsApp milik orang tua siswa SMA Pradipta Dirgantara, Jumat (13/5) kemarin.

Baca Juga: Luncurkan Program Beasiswa BIM, Kemendikbud Ristek Harap Dapat Jadi Pendorak dari Sebelumnya

"Saya langsung terharu. Senang gembira. Alhamdulillah anak saya diterima di luar negeri," ujarnya.

Yuni melanjutkan Hafidz sebenarnya hanya mendaftar di satu kampus saja. Namun, universitas lain berminat memasukkannya.

"Jadi daftarnya itu satu. Yang di UBC (University of British Columbia) tapi kemudian 6 universitas lainnya melamarnya jadi mahasiswa," lanjutnya.

Namun, Hafidz memutuskan untuk mengambil pilihan pertamanya di UBC dengan konsentrasi ilmu sains.

Mardiyono mengungkapkan, sejak kecil Hafidz memang lebih menyenangi membaca ketimbang bermain.

Baca Juga: Ratusan Siswa SD di Kendari Terima Beasiswa Berprestasi Bagi Keluarga Tidak Mampu

"Dia tidak suka main. Sukanya baca-baca. Bahkan sampai saat ini kalau ada kesempatan masih baca buku di perpustakaan daerah Boyolali," tutur Mardiyono.

Hobinya membaca itu sepertinya mengantarkan Hafidz memiliki prestasi yang gemilang semasa sekolah.

Saat di SD Negeri 2 Nepen maupun SMP Negeri 1 Boyolali, anaknya hampir selalu jadi peringkat pertama di kelasnya, khususnya setelah kelas 4 SD.

Penulis : Danang Suryo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Tribun Solo


TERBARU