Asal Usul Mudik Menurut Pakar Sejarah Unair: Mengacu Pada Urbanisasi dan Sarana Transportasi
Peristiwa | 1 Mei 2022, 09:56 WIBSelain itu hal yang paling mencolok adalah sarana untuk pulang kampung. Menurutnya, sejak akhir abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda membuat transportasi kereta api sehingga sarana itulah yang dimanfaatkan untik kepentingan orang mudik.
Lalu, ketika Indonesia merdeka berbagai transportasi nonkereta api mulai banyak dan dimanfaatkan untuk melakukan tradisi tersebut mulai dari bus hingga kendaraan pribadi.
Bahkan, pada tahun 2000-an banyak sekali perusahaan swasta dan pemerintah mulai mengorganisir mudik dengan nama 'Mudik Bersama'.
Bahkan sekarang ini dengan sarana tol yang membentang dari ujung barat hingga timur Jawa semakin mempermudah orang untuk bergerak dari satu kota ke kota lain.
Dan, tak sedikit yang menggunakan kendaraan pribadi untuk mudik.
"Seperti saya dulu dari Surabaya ke kampung halaman itu bisa 12 jam tapi sekarang (karena tol) bisa terpotong setengahnya. Tapi yang perlu diingat bahwa seberapapun fasilitas yang terus ditambah dan diperbaiki pemerintah tak akan mengimbangi, sebab disatu sisi euforia mudik semakin tinggi," katanya.
Siapapun bisa melakukan mudik
Lantaran erat dengan urbanisasi dan transportasi, maka kemudian kegiatan mudik di Indonesia bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa memandang agama.
Meskipun menurut Purnawan, mudik sangat identik dengan hari raya Islam karena pemeluk agama tersebut sangat tinggi di Indonesia dan pada momen itulah orang-orang paling banyak melakukan mudik.
"Namun sekarang peserta mudik itu tidak semata-mata orang Islam, siapapun yang pergi ke Jakarta walaupun itu bukan muslim atau tidak merayakan Idulfitri juga ikut ke dalam arus mudik itu. Sekarang ini tradisi mudik bukan semata-mata milik umat Islam namun mengikuti momen besar hari raya Islam itu," paparnya.
Baca Juga: Jelang Lebaran, Polda Metro Imbau Warga Jakarta Tidak Takbiran Keliling
Sementara itu terkait mudik yang disebut muncul sejak zaman kerajaan, Purnawan Basundoro mengungkap bahawa hal tersebut berbeda konteks dengan mudik sebagaimana secara sosiologis sekarang ini.
"Menurut saya tradisi mudik gabungan dari arus urbanisasi dan perbandingan sarana transportasi. Zaman kerajaan juga sudah ada, tapi konteksnya bukan mudik sebagaimana secara sosiologis seperti sekarang," tuturnya.
"Dulu memang ada orang desa yang kerja di pusat-pusat kerajaan sehingga pada momen tertentu mereka pulang ke kampung halaman mereka. Tapi konteksnya saya kira berbeda dengan mudik pada zaman sekarang ini," imbuhnya.
Penulis : Nurul Fitriana Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV